Akhir-akhir
semakin santer diberita terkait akan diumumkannya Ibu Kota baru oleh
pemerintah. Disini gue akan coba ulas dari berbagai sudut pandang. Dan perlu
digaris bawahi disini, gue tidak mengkait-kaitkan tulisan ini kea rah politik
partisan. Gue coba untuk menulis pendapat yang pro maupun yang kontra. Jadi ga usah diseret-seret ke ranah politik,
apalagi sampe fanatik buta terus gontok-gontokan di social media hahaha.
Beberapa hari
yang lalu, ditengah-tengah ‘kegabutan’ ini, sore hari Selasa tanggal 20 Agustus
2019, ada acara Youth Talks: Yuk Pindah Ibu Kota atau bincang-bincang anak muda
khususnya generasi milenial (bukan kolonial wkwk) yang diselenggarakan oleh
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas di kantornya yang
ada di depan Taman Suropati Menteng. Acara itu sesuai judulnya membahas seputar
rencana pemindahan Ibu Kota dari Jakarta di Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan
sebagai kandidat terkuat.
Poster acara Yout Talks di Bappenas |
Acara itu
dihadiri oleh Tasya Karmila dan Pangeran Siahaan (gue ga tau ini siapa) sebagai
pembawa acara atau MC, Himawan Hariyoga (kalau gue liat struktur organisasi
Bappenas di web-nya, beliau sebagai Staf Ahli Menteri PPN Bidang Penanggulangan
Kemiskinan) dan tentunya Bapak Menteri PPN/Bappenas sendiri, Bambang
Brodjonegoro sebagai keynote speaker. Acara itu dihadiri oleh banyak
peserta-peserta yang masih muda dari generasi milenial. Acara dikemas secara
santai, jatuhnya lebih seperti sharing, hearing kalau di kampus. Panitia juga menyediakan beberapa jajanan
pasar seperti siomay dan dimsum, serta disediakan juga kopi, tapi sayangnya gue
ga kebagian karena datang agak telat dan makanannya udah habis haha. Kebanyakan
peserta duduk lesehan di atas beanbag berwarna-warni, menambah kesan santai.
Di awal acara,
MC menginfokan kepada peserta yang hadir untuk masing-masing memberikan satu
kata terkait pemindahan Ibu Kota melali website slide.com dengan hashtag
#YouthDreamIKN dan peserta juga dipersilahkan untuk bertanya dengan hashtag
#YouthAskIKN. Peserta dipersilahkan juga untuk memberikan aspirasinya di atas
kertas yang sudah disediakan oleh panitia dannantinya akan ditunjuk 1 orang
untuk mempresentasikan aspirasinya di depan Pak Menteri. Berhubung Pak Menteri
belum datang karena masih ada rapat dengan Wakil Presiden dan Gubernur DKI
Jakarta, sehingga Pak Himawan Hariyoga memberikan paparan pendahuluan kenapa
Ibu Kota harus pindah. Kemudian aca
diisi dengan penampilan music dari band Street Performance. Seperti biasa
band-band anak muda sekarang corak musiknya kebanyakan pop rada-rada jazz kayak
Maliq D’Essential atau Ran dsb. Mereka membawakan beberapa lagu, sampai
akhirnya Pak Menteri datang. Sebelum keynote speaker berbicara, panitia
menunjuk salah satu orang untuk mempresentasikan aspirasi hasil corat-coretnya
di atas kertas yang sudah disediakan panitia. Namanya Yuka, salah satu
mahasiswi Fakultas Fisipol Universitas Indonesia. Poinnya adalah dia
menginginkan Ibu Kota baru yang bisa menaungi atau memfasilitasi kebutuhan
k=generasi-generasi milenial yang haus untuk berkarya.
Pak Mentri Bappenas sedang menyampaikan materi. Suasana lebih seperti hearing santai dibanding presentasi. |
Kemudia tiba saatnya Pak Menteri menyampaikan paparannya. Di awali dengan pertanyaan ‘Bagaimana kalian menuju ke Bappenas dari tempat kerja?’ Mungkin ada yang pake motor, mobil, busway, KRL, MRT, ojek online dll. Tapi sebenarnya beliau ingin bilang kalau perjalanan kita tadi menuju kesini itu macet. Apalagi saat jam bubar kantor. Mungkin kita yang sudah sedari kecil lahir dan besar di Jakarta menganggap hal itu sesuatu yang biasa. Perjalanan di Jakarta menuju tempat kerja memakan waktu sekitar 2 jam. Namun sejatinya itu sesuatu yang sudah tidak layak. Contohnya, bagi mereka yang ambisius kerja, mungkin akan berpikir 2 jam itu saya masih bisa kerja, masih dapet gaji. Bagi yang ga ambisius kerja, waktu selama 2 jam itu bisa digunakan untuk bertemu keluarga, orang tua, adik, kakak, suami atau istri, apalagi bagi pasangan yang baru menikah. Dengan kata lain waktu untuk quality time. Waktu itu menjadi terbuang sia-sia karena kemacetan di Jakarta dimana kota ini sudah terlalu padat. Kemudian belum lagi dari sisi polusi udara, yang akhir-akhir ini juga sempet rame di berita. Udara di Jakarta menempati posisi atas untuk kota dengan pencemaran udara yang buruk. Ada juga ancaman gempa megathrust di Selat Sunda yang mengintai Jakarta. Kemudian ada juga potensi kelangkaan air dalam beberapa tahun ke depan di Pulau Jawa, khususnya Banten, sebagian Jawa Barat dan Jawa Timur.
Kalau gue ringkas berdasarkan slide materi yang dibagikan untuk umum, maka disampaikan
poin-poin sebagai berikut:
-
Kenapa Ibu Kota harus pindah?
-
Mengapa harus pindah ke luar
Jawa?
-
Kemana harus pindah?
-
Apa saja yang dipindahkan?
-
Ibu Kota negara yang diinginkan
-
Lesson learned pemindahan Ibu
Kota negara lain
-
Timeline dan tahapan pemindahan
-
Pembiayaan untuk pemindahan Ibu
Kota
Yang mau download slidenya silahkan klik link yang tertera bit.ly/YouthTalkIKN2019 |
Lalu bagaimana
dengan nasib Jakarta sendiri jika nantinya Ibu Kota benar-benar
dipindahkan? Jakarta akan tetap menjadi
pusat ekonomi, bisnis dan keuangan. Bank Indonesia dan Otoritas Jasa &
Keuangan (OJK) akan tetap berada di kota ini. Gampangnya, seperti Amerika
Serikat, kota terbesar dan pusat ekonomi, keuangan dan bisnis adalah New York,
tapi pusat pemerintahannya ada di Washington D.C. Sebenarnya ada banyak contoh
lainnya, misal Australia. Kota yang paling dikenal oleh banyak orang adalah
Sydney dan Melbourne padahal kedua kota itu bukan merupakan Ibu Kota Australia,
melainkan pusat bisnis. Sementara Ibu kotanya sendiri ada di Canberra, kota
kecil yang letaknya agak ke padalaman Australia, berpenduduk hanya sekitar 400
ribu orang dan memang didesain untuk letak pemerintahan. Contoh lainnya lagi
adalah Brazil, yang berhasil memindahkan Ibu Kotanya dari Rio de Janeiro ke
Brasilia yang letaknya juga agak ke pedalaman Amazon. Sementara Rio de Janeiro
tetap menjadi kota pusat bisnis dan ekonomi bagi Brazil, berbarengan dengan
kota Sao Paulo. Nah, untuk contoh yang terakhir ini, Pak Menteri bilang secara
pribadi dia lebih suka mengambil Brasilia sebagai contoh pemindahan Ibu Kota
Indonesia nantinya. Sementara untuk jangka waktu pelaksanaannya, Indonesia akan
mencontoh Korea Selatan yang saat ini masih sedang memindahkan Ibu Kotanya dari
Seoul ke Sejong, dicicil selama 25 tahun sejak pertama kalo program itu
dimulai.
Kalau
diperhatikan, kota-kota yang awalnya menjadi Ibu Kota dan atau sekaligus pusat
pemerintahan memang terletak di pesisir pantai (New York, Sydney, Melbourne,
Rio de Janeiro & Sao Paulo). Hal ini dikarenakan karena pada zaman dahulu
(masih sampai dengan sekarang juga) merupakan titik awal perniagaan dimana
kapal-kapal saudagar pertama kali menginjakan kakinya untuk kemudian berdagang.
Akhirnya, lama kelamaan, daerah pesisir tersebut menjadi pusat ekonomi,
keuangan dan bisnis. Bagaikan magnet, kota-kota itu menarik banyak orang dari
daerah lain untuk datang, mengadu nasib dan menggantungkan diri pada roda
oerkonomian yang berputar disitu. Hal ini yang lambat laun, membuat beban
kota-kota tersebut menjadi semakin berat.
Itu tadi
argument-argumen dari pihak yang mendukung pemindahakn Ibu Kota. Sekarang gue
akan sampaikan juga argument dari pihak yang tidak mendukung atau tidak setuju.
Berdasarkan berita yang gue baca Prof. Emil Salim guru besar FE UI mengatakan,
jika Ibu Kota baru nanti pindah ke lokasi yang letaknya di tengah-tengah
Indonesia dengan alasan untuk pemerataan ekonomi, hal itu kurang tepat
mengingat kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan. Memang benar
negara-negara lain berhasil memindahkan Ibu Kotanya ke daerah yang letaknya
agak ditengah dan di pedalaman, supaya ekonomi di negara tersebut lebih merata,
tapi ingat negara-negara itu semuanya merupakan negara kontinen (Amerika, Brazil,
Australia, Kazakstan dll). Namun kondisi Indonesia sangat berbeda jauh. Sebagai
negara kepualuan Indonesia lebih membutuhkan akses transportasi dan logistik
yang memadai dan pembangunan Human Capital sumber daya manusia yang unggul
sebagai modal utama untuk menjawab tantangan di era industri 4.0. Artinya ada
hal lain yang lebih mendesak untuk dilakukan selain pemindahan Ibu Kota.
No comments:
Post a Comment