Monday, December 23, 2024

Poin-Poin Penting Pengambilan Keputusan dalam Karir

    Akhir tahun 2024 tepatnya di-Q4, gw kena PHK. Perusahaan start-up tempat gw kerja ga kunjung dapat dana investor. Ya, pengalaman di dunia start-up emang sesuatu yang baru buat gw yg latar belakangnya Apoteker, tapi sayangnya hingar-bingar dunia teknologi start-up tak seindah yang didengar orang-orang di luar sana. Start-up itu mencoba mendobrak pasar, meng-create pasar baru, membuat ekosistem besar untuk pengguna layanannya dengan dana dari investor dan itu bukan hal yang mudah.

    Ok yang mau gw tulis disini bukan tentang start-upnya, mungkin di tulisan berikutnya gw bahas lebih dalam tentang Start-up. Kali ini yang mau gw bahas mendalam adalah tentang karir gw sendiri yang berpindah-pindah dari awalnya industri (pabrik) obat ke retail ke distribusi alat kesehatan sampai akhirnya ke start-up tepatnya health-tech farmasi. Sekilas emang keliatannya pengalaman gw banyak, tapi kalau dirinci lebih jauh lagi semua itu gw laluin hanya dalam waktu singkat 7 tahun yang artinya 4 jenis pekerjaan tersebut gw lalui hanya dalam waktu rata-rata 1,75 tahun. Terlalu singkat! Saat gw coba lamar-lamar pekerjaan di usia gw sekarang yang sudah kepala 3, rata-rata lowongan mensyaratkan pengalaman kerja di posisi tersebut minimal 3 tahun karena sebagian besar juga posisinya selevel asistan manajer minimal. Sementara pengalaman gw nanggung. Untuk ke posisi entry level mungkin gaji gw kegedean. Di start-up gajinya termasuk di atas rata-rata bahkan bisa menyamai industri farmasi. 

    Ya semua buat pelajaran, kalau emang mau pindah-pindah kerja itu minimal di posisi sebelumnya 3 tahun dan kalo bisa pindahnya naik level. Jangan pindah sebelum 3 tahun (pengalamannya belum mendalam), apalagi pindah ke bidang yang berbeda. Oh iya satu lagi sih, komunikasi antara orang tua terutama bapak ke anak-anaknya itu sangat penting. Setidaknya gw ga mau anak gw besok ngalamin hal kayak gini juga, harus sering-sering ngobrol sama anak, ngasih pandangan berdasarkan pengalaman atau yang kita ketahui supaya anak lebih terarah ke depannya.

Sunday, February 12, 2023

Jenis-Jenis Sistem Pemerintahan di Negara Demokratis

    Sekian lama menahan keinginan menulis karena belum ada waktu, kali ini gw mau nulis tentang sistem pemerintahan di negara demokratis. Tulisan ini bukan tentang politik praktis, tapi lebih ke pengetahuan secara umum aja. Menurut hemat gw ga semua hal tentang politik itu harus dihindari perbincangannya atau pembahasannya karena ada yang namanya politik kebangsaan misalnya yang sangat jauh berbeda dengan politik praktis. Termasuk tulisan ini. Sistem pemerintahan di negara demokratis secara garis besar dibagi menjadi 3 : Presidensial, Parlementer dan campuran keduanya atau Semi-Presidensial. Kita bahas satu persatu.

Sistem Presidensial
    Sistem presidensial adalah sistem pemerintahan dimana kepala negara & kepala pemerintahan dipegang oleh seorang presiden. Presiden sebagai kepala negara sifatnya lebih ke seremonial seperti menghadiri acara kenegaraan, menerima duta besar, sementara presiden sebagai kepala pemerintahan (dibantu oleh menteri-menterinya) berarti sebagai eksekutif pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah yang sudah dibuat oleh legislatif.     

White House, kantor Presiden Amerika
(sumber: whitehouse.gov) 
    Kelebihan sistem ini adalah pembagian antara eksekutif dan legislatif sangat jelas. Presiden bukan berasal dari anggota parlemen. Namun tetap presiden mempunyai kewenangan untuk mengajukan undang-undang ke parlemen ataupun menolak undang-undang yang diajukan parlemen (tergantung negaranya). Masa pemerintahan presiden juga relatif stabil karena parlemen (legislatif) tidak bisa mencopot seorang presiden dan untuk meng-impeach presiden cukup sulit selama presiden tidak melakukan tindak kriminal/kejahatan luar biasa.
    Sementara kekurangan sistem ini adalah pertanggung-jawaban presiden tidak jelas kepada siapa karena presiden tidak bertanggung jawab terhadap parlemen. Terkadang juga ketika presiden dikritik terkait kebijakannnya sebagai kepala pemerintahan yang memang harus dikritik habis-habisan terkait kebijakannya., hal tersebut mempengaruhi marwahnya sebagai kepala negara yang menurut saya sebenarnya kepala negara fungsinya selain seremonial juga untuk menyatukan rakyat dengan gagasan-gagasan besarnya. Sederhananya, kepala negara & kepala pemerintahan memang memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain, sehingga ketika dijabat oleh seorang yang sama, hal itu akan menjadi rancu. Jika dilihat di dunia, negara maju yang menerapkan sistem ini hanyalah Amerika Serikat.

Sistem Parlemeter
    Sistem parlementer adalah sistem pemerintahan dimana kepala negara & kepala pemerintahan dipgang oleh dua orang yang berbeda. Kepala negara sifatnya hanya seremonial bisa dipegang oleh raja atau ratu jika berbentuk monarki atau oleh presiden jika berbentuk republik. Sedangkan kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Seorang perdana menteri (kanselir di Jerman, taoiseach di Irlandia), biasanya juga berasal dari anggota parlemen yang partainya memiliki suara terbanyak dari pemilu. Inilah yang dikatakan bahwa pembagian antara legislatif & eksekutif kurang jelas.
    
Palace of Westminster, kantornya Parlemen Inggris
(sumber: britainexpress.com)

    Kelebihan sistem ini adalah pertanggung-jawaban yang jelas dari perdana menteri terhadap parlemen. Parlemen dapat memberikan mosi tidak percaya kepada perdana menteri apabila pertanggung-jawaban terkait kebijakannya dinilai tidak bagus atau sederhananya kinerja perdana menterinya buruk. Perdana menteri sebagai kepala pemerintahan bisa dikritik habis-habisan tanpa khawatir menurunkan marwah kepala negara sebab posisinya dijabat oleh dua individu yang berbeda.
    Kekurangan sistem ini dikarenakan parlemen dapat mencopot perdana menteri melalui mosi tidak percaya, apabila koalisi partai pengusung pemerintahnya tidak solid, maka stabilitas pemerintahannya menjadi kurang akibat sering berganti-gantinya perdana menteri dengan mekanisme diadakannya pemilu terlebih dahulu. Hal ini berimplikasi juga pada kurang efisien dan efektifnya terkait hasil dari kebijakan pemerintah yang belum bisa dirasakan oleh rakyat karena perdana menterinya bolak-balik diganti.

Sistem Semi-Presidensial
    Sistem ini merupakan gabungan antara keduanya. Sama-sama terdapat presiden dan perdana menteri seperti halnya dalam republik parlementer, namun disini fungsi presiden tidak hanya kepala negara seremonial belaka namun lebih luas juga dalam hal eksekutif (terutama dalam hal keamanan nasional, kebijakan luar negeri, pemegang komando tertinggi angkatan bersenjata). Fungsi perdana menteri tetap sebagai kepala pemerintahan terutamanya kebijakan domestik dalam negeri. Presiden memiliki wewenang untuk mengajukan seorang perdana menteri yang nantinya parlemen akan menyetujui atau tidak. Perdana menteri tetap bertanggung jawab terhadap parlemen dan bisa dicopot oleh parlemen melalui mosi tidak percaya.
Elysee Palace, kediaman Presiden Perancis.
(sumber: Wikipedia)


    Terdapat 2 subtipe dalam sistem semi presidensial. Pertama premier-presidensial, subtipe dimana sebenarnya lebih condong seperti sistem parlementer, terutama dalam aspek parlemen dapat mencopot perdana menteri dengan mosi tidak percaya, sedangkan presiden tidak bisa. Negara yang menganut subtipe pertama misalnya Perancis. Sementara yang kedua adalah presidensial-parlementer, yang lebih condong seperti sistem presidensial. Dimana presiden dan parlemen keduanya sama-sama dapat mencopot seorang perdana menteri. Negara yang menganut subtipe kedua misalnya Rusia. Jika dilihat dari sisi kewenangan eksekutif, subtipe yang pertama terbagi kekuatannya antara presiden dan perdana menteri. Sementara yang kedua memberikan kewenangan yang lebih besar terhadap presiden.
    Kelebihan sistem campuran ini adalah 'masa pemerintahan' bisa tetap stabil karena presiden sebagai 'kepala negara eksekutif' tidak mudah diimpeach oleh parlemen, namun tetap ada pertanggung-jawaban yang jelas kepala pemerintahan yang sesungguhnya yaitu perdana menteri terhadap parlemen, khususnya mengenai kebijakan domestik hari ke hari di dalam negeri. Meskipun perdana menterinya berganti namun presidennya masih tetap sama selama lima tahun ke depan, sehingga presiden akan tetap mengajukan nama perdana menteri dengan visi misi yang sama dengannya. Hanya berbeda dalam hal teknis implementasinya (tergantung si perdana menterinya). 
    Kekurangan sistem ini adalah adanya dualisme eksekutif yang bisa menyebabkan ketidak efisienan dan keefektifan dalam pengambilan kebijakan. Antara presiden dan perdana menteri bisa saling 'memveto' melalui kewenangannya masing-masing. Contoh lain misalnya di Perancis sebelum tahun 2000, masa jabatan presiden selama 7 tahun, sedangkan pemilihan legislatif selama 5 tahun. Jika partai pemenang legislatifnya berbeda dengan partai sebelumnya (baca: partainya si presiden), maka kemungkinan perdana menteri akan berasal dari partai yang berbeda dengan presiden. Hal ini disebut dengan kohabitasi yang akan sangat berpengaruh pada sistem dengan dualisme eksekutif tersebut. Posisi perdana menteri juga bisa dijadikan kambing hitam oleh presiden apabila kebijakan nasional atau luar negeri yang diambil oleh presiden banyak ditentang oleh warganya.
    
Pendapat Pribadi
    Jika ditanya sistem mana yang terbaik, tentunya setiap sistem memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang sempurna 100%. Namun demikian, jika saya harus memilih, maka saya akan memilih sistem pemerintahan semi-presidensial (khususnya premier-presidensial karena pembagian kekuatan lebih proporsional antara presiden & perdana menteri, sedangkan presidensial-parlementer cenderung presiden sebagai 'one man show' dan negara pewaris Soviet yakni Rusia nyatanya masih sangat kental dengan nuansa kediktatorannya). Kenapa semi-presidenial? karena sebagai sistem campuran dari presidensial dan parlementer, sistem ini saling melengkapi kelebihan dan kekurangan dari keduanya.
    Tidak jarang di negara-negara yang menerapkan sistem presidensial, ketika si presiden dikritik terkait kebijakannya dalam pemerintahan, si pengkritik malah diadukan kepihak berwenangan dengan alasan melecehkan 'simbol negara'. Padahal seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, fungsi kepala negara dan kepala pemerintahan memang berbeda. Kepala pemerintahan memang harus dikritisi habis-habisan (secara objektif tentunya) terkait kebijakan-kebijakannya, sementara kepala negara lebih bersifat seremonial, menyatukan rakyat dengan gagasan-gagasan besarnya sebagao'spirit of the nation'. Jika hal antara kedua posisi tersebut adalah satu individu yang sama hal itu akan menyebabkan kerancuan seperti di atas. Sistem pertanggung jawabannya juga kurang jelas karena presiden sebagai kepala pemerintahan tidak bertanggung-jawab terhadap parlemen dan sebaliknya parlemen juga tidak bisa menjatuhkan mosi tidak percaya kepada presiden. Disatu sisi jika menggunakan sistem parlementer, keberlangsungan pemerintahan relatif tidak stabil dan bisa berganti sewaktu-waktu. Hal ini akan menyebabkan ketidak efisienan dan kefektifan dalam roda dan output kebijakan pemerintah karena terlalu sering berganti. Terasakan baru menteri pendidikan yang diganti saja, kurikulumnya selalu berbeda-beda, bisa dibayangkan kalau yang berganti terus dalam waktu relatif singkat sebelum lima tahun adalah si perdana menteri (menteri utama yang mengetuai menteri-menteri dalam kabinetnya).
    Dengan sistem semi-presidensial, perdana menteri sebagai kepala pemerintahan bisa dikritik habis-habisan tanpa mengurangi marwah presiden sebagai kepala negara. Walaupun secara tidak langsung nantinya presiden akan tetap bertanggung-jawab atas seberapa lama si perdana menteri itu bertahan, Bisa saja presiden mencopot perdana menteri jika dirasa kebijakannya tidak tepat sasaran bagi warga negaranya, ekonomi negara dll (disatu sisi ini juga bisa jadi kelemahan semi-presidenial, perdana menteri seperti jadi kambing hitam oleh presiden) atau si parlemen menjatuhkan mosi tidak percaya kepada si perdana menteri. Meskipun perdana menterinya berganti, tapi setidaknya kepala negara yang memiliki wewenang eksekutif cukup besar masih sama, sehingga untuk urusan keamanan nasional, kebijakan luar negeri masih akan tetap sama dan juga secara tidak langsung visi kebijakan dalam negerinya akan tetap sama karena perdana menteri berikutnya akan tetap diajukan dari partai yang sama oleh presiden yang tentunya sevisi dengannya.











Monday, August 22, 2022

Mafia Migas vs Pertamina

    Berawal dari ketidaksengajaan gw liat postingan Instagram dari akun Berdikasi Book @berdikaribook di beranda yang postingnya tentang buku berjudul Mafia Migas vs Pertamina. Langsung gw cari buku itu sekilas diinternet dan di e-commerce market place macam Tokopedia & Shopee. Ga tau juga dapet ilham dari mana, gw iseng-iseng ketik 'Perpustakaan Nasional' di Google Play, alhasil munculah aplikasi bernama i-Pusnas. Setelah gw download dan gw install, gw login, terus gw coba cari judul buku tadi, ternyata ada! Dan gw ga jadi beli hehe. 
    Buku itu gw 'pinjem' selama 4 hari (kalopun belum selesai baca, bisa dilanjutkan pinjam untuk 4 hari berikutnya). Jumlah halamannya hampir sekitar 200an halaman. Bagus banget sih isinya berdasarkan data di lapangan, bukan sekedar opini. Pembahasannya tentang minyak dan gas bumi ga dimulai dari era sekarang, bukan juga zaman orde baru, tapi dari zaman penjajahan Belanda! Ya ternyata emang udah dari dulu sih Migas Indonesia jadi incaran asing, lebih tepatnya sekitar tahun 1859 sejak Kolonel Drake berhasil menemukan minyak pertama kali di Pennsylvania, Amerika Serikat.
    Kurang lebihnya yang gw tau dari buku ini adalah bahwa harga minyak (baca: bensin) di Indonesia yang katanya masih termasuk yang termurah diantara negara-negara ASEAN atau Asia Tenggara, sebenarnya masih bisa lebih murah dari itu! Faktor-faktor yang menyebabkan harga BBM tersebut menjadi mahal misalnya mekanisme pasar bebas, tidak ada kontrol negara yang kuat terhadap ladang minyak di wilayahnya sendiri, kemudian adanya tahapan-tahapan dalam alur produksi, impor maupun ekspor yang sebetulnya tidak efisien, negara membayar untuk hal-hal yang tidak perlu dimana kentungannya masuk ke kantong-kantong oknum tertentu dan pada akhirnya harga tersebut dibebankan ke rakyatnya sendiri. Silahkan dibaca sendiri untuk lengkapnya...








Friday, August 12, 2022

Corat-Coret Senja di Sore Hari

            Disuatu senja pertengahan bulan Agustus, aku duduk termenung sendiri di atas balkon rumah kecil kontrakanku bersama istri dan anak laki-laki kecilku. Aku memandangi langit biru yang diselimuti awan. Pikiran menerawang ke belakang, meresapi waktu-waktu yang telah berlalu, khususnya dalam lima tahun terakhir setelah aku lulus kuliah. Ku sadari memang beberapa tahun belakangan itu, aku tidak maksimal bahkan tidak bisa hanya sekedar untuk dikatakan optimal. Diriku dikala itu masih seperti mencari jati diri, siapa aku dan kemana aku akan melangkah. Sulit memang rasanya jika menjalani suatu pilihan yang tidak didasari oleh kesadaran yang sesadar-sadarnya dari dalam hati, melainkan pilihan orang lain. Alhasil, aku merasa diriku jalan ditempat, jauh tertinggal dibandingkan teman-teman lain.

            Jatuh bangun diriku menjalani hari demi hari yang sunguh terasa begitu berat. Beberapa kali aku merasa berada pada titik terendah dalam hidupku. Sampai akhirnya aku hanya bisa untuk terus melangkah, setidaknya ada progress  yang kulakukan setiap harinya walau hanya sedikit daripada hanya berdiam diri. Aku selalu berdoa pada setiap lima kali kesempatan dalam sehari itu, terkadang juga pada sepertiga malam terakhir, masih adakah kesempatan untukku untuk kembali bangkit dan menjalani ini semua secara lazim seperti kebanyakan orang-orang yang bisa sangat menikmati apa yang dilakoninya setiap hari. Sampai pada akhirnya Allah menjawab doaku, kesempatan itu datang terlebih disaat aku sudah nrimo terhadap ketentuan-Nya. 

            Alhamdulillah akhirnya aku menikmati hari-hariku sekarang. Apapun yang pernah kualami, kujadikan pelajaran berharga supaya ke depannya tidak terulang lagi. Tidak hanya untukku, tapi juga untuk anakku nanti bahwa aku harus menemani mereka tumbuh dewasa, membantu mereka mencari jati dirinya, mengarah tapi bukan mendikte.

Thursday, March 25, 2021

Biografi Singkat K.H Ahmad Dahlan dari Buku Jejak Sang Pencerah


K.H Ahmad Dahlan adalah seorang pendiri organisasi Islam Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar yang ada di Indonesia. Beliau yang bernama asli Muhammad Darwis, lahir pada tanggal 1 agustus 1868 di Yogyakarta dari pasangan Kyai Ketib Amin H. Abu Bakar (seorang ketib/khatib Masjid Agung Yogyakarta) dan Siti Aminah (putri seorang penghulu kraton). Satu-satunya anak laki-laki dari 6 bersaudara. Silsilah dari keturunan ayahnya sampai kepada Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW.

Kampung Kauman Yogyakarta sebelum kedatangan kolonial Belanda merupakan kampung yang relijius. Kata Kauman sendiri berasal dari kata 'Qaiim' yang artinya 'penegak', kepanjangan dari 'Qaiim ad-diin' yang artinya 'penegak agama'. Struktur kepengurusan Mesjid Gedhe yang dibuat oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I terdiri dari para Kaum yang berjumlah 40 orang. terdiri dari Ketib/Khatib, Modin/Muadzin, Marbot/Rabbat (penanggung jawab bilik-bilik mesjid) dan dikepalai oleh seorang Penghulu Hakim.

Sri Sultan juga bergelar 'Sayidin Panatagama' yang artinya 'tokoh dari penata agama'. Disetiap Kawedanan (setara kabupaten) kepengurusan mesjid dipimpin oleh seorang 'Naib' atau Wakil Penghulu Hakim yang membawahi 11 Kaum, sedangkan mesjid desa dipimpin oleh Modin yang membawahi 4 Kaum. Penghulu Hakim merupakan kepala urusan agama Islam disetiap Kawedanan yang mencakup urusan 'ubudiyah (ibadah), muamalah (jual beli), munakahah (perkawinan). Untuk urusan jinayah (perkara pidana), Penghulu bekerja sama dengan Jaksa (selain masalah hibah dan wakaf), sehingga posisi Penghulu sebagai Hakim, jadi sering disebut Penghulu Hakim. Sedangkan Ketib/Khatib tugasnya adalah khotbah atau berceramah, tugasnya adalah mengisi khotbah Jum'at dan menyiarkan agama Islam keseluruh pelosok negeri Ngayogyakarto. Terlihat bahwa para pemuka agama tidak hanya mengurusi urusan agama, tapi juga sosial masyarakat pada saat itu. Para tokoh agama di desa-desa biasa disebut Kyai Anom, kadang memiliki tempat pengajian sendiri yang disebut Pesantren. Sementara santrinya ada 2 macam. Pertama 'santri kalong' yaitu santri yang berdomisili dalam satu desa atau kotanya sendiri bisa pulang pergi, kedua yang disebut 'santri mondok', santri yang menetap di pondokan yang sudah disediakan oleh Kyai, sehingga disebut Pondok Pesantren. Pimpinan dari Pondok Pesantren itu sendiri disebut dengan Kyai Sepuh. Penggunaan huruf Pegon (huruf arab untuk menuliskan bahasa jawa) juga lazim pada saat para santri mencatat penjelasam kitab-kitab dari para Kyai.

Semua ulama diberikan gaji dari pihak kesultanan berupa Tanah Lungguh yang terdiri dari pekarangan dan persawahan. Kyai Anom dan Sepuh mendapat imbalan dari masyarakat sebagai Amil zakat dan dipercaya untuk mengelola wakaf. Penghulu dan Naib diberikan imbalan berupa 'srakah' (iuran pernikahan) dan amil zakat, sedangkan para Modin mendapat bagian dari srakah dan 'palagara' (imbalan atas undangan hajatan dari penduduk desa). Namun, nantinya Kolonialisme Belanda lambat laun mengubah fungsi-fungsi tersebut sehingga mengerdilkan peran Penghulu Hakim hanya pada urusan agama terutamanya pernikahan, hingga seperti Penghulu yang kita kenal sekarang ini. Hasil dari srakah, zakat dan wakaf tidak lagi untuk membiayai pendidikan namun hanya untuk kepentingan internal pemangku mesjid. Belanda juga semakin serampangan dalam menunjuk orang untuk mengisi posisi dalam Mahkamah Islam Tinggi, sehingga lama-lama dipegang oleh orang-orang yang tidak ahli dalam bidang agama. Belanda menciptalan pembentukan sistem peradilan baru tahun 1931 dengan menunjuk seorang Residen Kerajaan Hindia Belanda untuk Kasultanan Yogyakarta sebagai Ketua Pengadilan Perdata sampai dibentuk juga Pengadilan Gubernemen (Landraad). Selain itu Mahkamah Kabirah sebagai mahkamah tinggi urusan agama Islam dibatasi juga hanya mengurusi masalah nikah, talak, cerai dan Ketib yang tadinya banyak melakukan pengajaran agama hanya dibolehkan menjadi khatib dalam sholat jumat.

Darwis menunaikan ibadah haji pada tahun 1883 sekaligus menimba ilmu agama di tanah Hijaz (Mekkah) yang pada saat itu Muftinya (tokoh sentral) adalah Syeikh Ahmad bin Zaini Dahlan yang merupakan mufti madzhab Syafi'i. Pada masa itu di Mekkah ada juga beberapa ulama masyhur asal Indonesia yang diakui kelimuannya, diantaranya Syeikh Imam Nawawi Al-Bantani yang diberi gelar kehormatan Sayyid al Ulama Hijaz (karena keilmuannya dibidang fikih, akidah, tasawuf telah teruji oleh ulama senior Sayyid Ahmad Dimyati), Muhammad Khalil bin Kyai Abdul Lathif dari Bangkalan dan Kyai Haji Saleh Darat yang lahir di Kedung Cemlung, Jepara.

Dari Imam Nawawi Al Bantani, Darwis mengambil ilmu dalam bidang moderasi antara fikih dan tasawuf yang tertuang dalam karya Imam Nawawi berjudul Salaalim al- Fudhaala. Contohnya dalam pandangan ilmu alam lahir dan batin. Ilmu lahiriyah dapat diperoleh dengan proses ta'alum (berguru) dan tadarus (belajar) sehingga mencapai derajat 'alim. Sedangkan ilmu batin dapat diperoleh melalui proses dzikir, muraqabah dan musyahadah sehingga tercapai derajat 'arif. Seorang 'abid (yang beribadah kepada Allah) diharapkan tidak hanya menjadi 'alim dengan pengetahuan ilmu lahir yang luas, tapi juga harus menjadi 'arif memahami rahasia spiritual ilmu batin. Karya tersebut memberikan pengaruh yang baik dalam memberikan pondasi nilai etis dalam bermasyarakat dan beragama di masyarakat luas khususnya pada masyarakat Jawa.

Ilmu falak (ilmu yang mempelajari benda langit) yang dipelajari oleh Darwis terinspirasi dari Syeikh Muhammad Saleh bin Umar as Samarani (putera dari K.H saleh Darat). Beliau sangat tertarik dengan ilmu ini karena lebih eksak dan rasional dan bisa langsung dipraktekan. Sesuai dengan karakternya yang 'amaliyah wa 'amal 'ilmuiyah (ilmu untuk dipraktekan dan praktek berdasarkan ilmu).

Disetiap pilar-pilar Masjidil Haram, ada halaqah pelajaran. Dipilar lain, Darwis menemui seorang Syeikh yang masih muda berumur 25 tahun, beliau adalah Syeikh Ahmad Khatib al Minangkabawi. Ulama ulung di bidang eksakta, baik matematika, geometri, trigonometri yang sangat menunjang dalam penerapan ilmu falak. Karya Syeikh Khatib yang sangat mumpuni di bidang falak berjudul Al Jauhar al naqiyah fi al A'mali al jaibiyah (1885) semakin membuat Darwis kagum. Ada 3 pilar dalam ilmu tersebut yaitu ar-ruyah (melihat), ar-rashd (mengamati) dan al-hisab (menghitung). Ketiganya berfungsi untuk menentukan awal Ramadhan dan Syawal, perjalanan matahari untuk menentukan waktu salat, gerhana matahari & bulan. Sebagai ahli falak, Syeikh Ahmad Khatib juga menjelaskan mengenai geometri dan trigonometri yang berfungsi untuk menentukan arah kiblat, mengetahu rotasi bumi dan membuat kompas untuk kapal yang sedang berlayar. Kajian dalam bidang ini dituangkan dalam kitab berjudul Raudhah al Hussab fi A' mali 'ilm al Hisab (Taman Pakar Hitung dalam Observasi Ilmu Hitung) yang selesai ditulis tahun 1889.

Selama di Mekkah, Darwis juga belajar ilmu qira'ah (membaca al-qur'an) kepada Syeikh Muqri yang dikenal dengan nama Sayyid Bakri Syatha. Disinilah Darwis bertemu dengan seorang anak kyai dari Jawa Timur. Dialah Hasyim Asy'ari yang nantinya juga mendirikan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama. Haysim dan Darwis tinggal dalam satu bilik sehingga mereka akrab dan saling memahami. Sayyid Bakri Syatha kemudian memberikan nama Ahmad Dahlan kepada Darwis. Sepulangnya di tanah air, Darwis mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan.

Haji Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah, puteri dari Penghulu Hakim Kraton Kyai Haji Fadhil. Mereka dikaruniai 7 anak. Bersama istrinyalah beliau menghadapi rintangan dalam berdakwah. Saat kembali ke Kampung Kauman, Ahmad Dahlan bekerja dengan membantu perdagangan tekstil milik iparnya Haji Saleh. Ada perbedaan antara beliau dengan iparnya yang memang sudah lama menekuni bisnis, sedangkan ia sendiri menganggap berdagang hanya sebagai wasilah atau perantara jalan untuk mengadakan dakwah. Sebab selama berdagang banyak menemui orang-orang baru dan membuatnya lebih mengerti kehidupan keagamaan dari masyarakat sekitar.

Sepeninggal mendiang bapaknya, Haji Ahmad Dahlan diangkat menjadi Ketib Amin oleh Penghulu Kyai Haji Khalil Kamaludiningrat, priyayi yang dituakan dan terhormat di Kampung Kauman dan seluruh Yogyakarta. Jabatan Ketib Amin juga merangkap sebagai anggota Raad agama islam yang menjadi rujukan keraton. Pengangkatan itu juga sekaligus menjadikan beliau sebagai Pegawai Negeri namun tidak mengubah sikapnya dalam bersikap kepada orang banyak. Kegiatan belajar-mengajar warisan dari bapaknya tetap dilanjutkan. 

Hal pertama yang mengganjal setelah menjadi Ketib Amin adalah persoalan tentang petungan/perhitungan bulan puasa yang pada saat itu oleh pihak keraton masih memakai metode hisab aboge -yang sudah diterapkan sejak zaman Sultan Ageng- yang lebih mirip dengan hisab urfi. Permasalahannya adalah dengan menggunakan metode aboge, bulan ramadhan akan selalu menjadi 30 hari permanen setiap tahunnya. Menurutnya, penanggalan bulan puasa sebaiknya menggunaan metode falakiyah dengan memperhitungkan keberadaan bulan dan memperhatikan wakti ijtima. Akhirnya gagasan tersebut disetujui oleh Sri Sultan. Pada peringatan Grebeg Ruwah atau Nisfu Sya'ban, Sri Sultan mengumumkan penetapan bulan puasa sesuai dengan pandangan K.H Ahmad Dahlan. Sri Sultan tetap mentitahkan kepadanya bahwa perhitungan aboge tetap dipakai untuk menentukan waktu kegiatan keagamaan yang lain seperti Grebeg Maulid. Haji Ahmad Dahlan tidak masalah, sebab menurutnya kegiatan tersebut lebih untuk tujuan syiar bukan syar'i (syariat).

Hal kedua yang mengganjal bagi haji Ahmad Dahlan adalah mengenai mesjid yang tidak secara tepat menghadap ke kiblat. Kebanyakan masjid pada waktu itu menghadap lurus ke barat atau bahkan ada yang menghadap ke arah barat daya sebab jalan di depan mesjid membujur dari timur ke barat laut. Pembangunan mesjid pada saat itu juga lebih menitik beratkan pada tipologi Pembangunan Wilayah bukan pada ketentuan agama. Hal inilah yang membuat mesjid di Pulau Jawa dan Yogyakarta khususnya tidak menghadap ke kiblat. Tetap ada mesjid yang menghadap ke arah kiblat dengan benar diantaranya adalah mesjid-mesjid kuno seperti Mesjid agung Demak, Mesjid Ngampel Surabaya, Mesjid Panembahan Senopati & Mesjid Pasar Gedhe Yogyakarta. Namun ini bukan perkara mudah karena rawan menimbulkan gesekan karena dianggap bertentangan dengan kebiasan umum yang berlaku pada waktu itu. Pada peringatan Grebeg Asyura, Haji Ahmad Dahlan mengumumkan untuk memperluas langgar yang biasa dipakai dalam rangka untuk menampung kapasitas jumlah jamaah yang makin banyak. Selain memperluas langgar, bangunannya juga akan ditunjukan langsung ke arah kiblat. Akhirnya para hadirin pun setuju dan banyak diantaranya yang mendermakan sebagian uangnya untuk pembangunan langgar.

Pasca pendirian langgar yang menghadap ke kiblat dan diadakannya munadzarah/majlis ilmu antar ulama, di Mesjid gedhe ada yang menggariskan kapur melingtang dari utara ke selatan (tujuannya untuk menunjukan arah kiblat yang tepat). Kyai Penghulu marah besar dengan berita tersebut. Perbuatan tersebut diyakini akibat dari perundingan yang diadakan oleh Haji Ahmad Dahlan. Akibatnya Langgar Kauman yang sudah susah payah dibangun olehnya dirobohkan. Peristiwa ini sempat membuat Haji Ahmad Dahlan ingin pergi meninggalkan Yogyakarta akibat kecewa terhadap perbuatan masyarakat yang merbohkan langgar tersebut.

Haji Ahmad Dahlan kemudian lebih banyak mengadakan aktivitas pengajaran agama di rumahnya. Ia lebih banyak mengambil hikmah dari kejadian tersebut dengan mengajar Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali. Suatu saat Sultan  HB VII ingin menghajikan (badal) pendahulunya yakni Sultan HB VI kepadanya. Berangkatlah beliau bersama anak lelakinya yang masih kecil bernama Siraj. Kondisi di Mekkah pada saat itu sangat terasa gaung Pan-Islamisme yang diusung oleh Sultan Abdul Hamid II sebagai respon dari Jamaluddin al-Afghani. Ada juga pemikiran dari Muhammad Abduh yang sering dibaca oleh Haji Ahmad Dahlan dari berbagai surat kabar. Namun ada juga pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab (Wahabisme) dari Najed yang ditolak oleh Mekkah di bawah kepemimpinan Uman Pasya Wali Kekhalifahan Usmani.

Disatu sisi, Haji Ahmad Dahlan tertarik dengan motto para pembaru tersebut 'Kembali kepada Alquran dan Sunnah'. Ini merupakan cakrawala baru baginya. Ia nyaman dengan ide pembaruan tersebut, pikirannya menjadi lebih terbuka dan tidak terkungkung pada nilai-nilai logis dalam hidup ini. Menurutnya Islam adalah agama yang simple dan praktis. Mekkah pada saat itu banyak juga praktek mistisme yang dilakukan penduduknya, misal jamaah haji yang menciumi rumah peninggalan Rasul di gang wangi dan peziarah di Ma'la yang bersusah payah menunggu kuburan para sahabat dengan amalan yang diklaim dari wali. Malah ada juga proyek penipuan yang dilakukan oleh oknum untuk mengeruk harta benda jamaah haji dengan berpura-pura mengaku sebagai Syeikh Abdul Qadir Jaelani atau dengan bentuk dan cara lain yang berbeda. Hal itulah yang kemudian mengantarkannya lagi kepada Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang merupakan seorang ahli falak dengan rasionalitas saintis dan juga tidak menyukai ajaran mistis tanpa arah seperti itu.

Sepulangnya dari Mekkah yang kedua kalinya. Haji Ahmad Dahlan mendirikan 'kombong'/asrama pesantren di samping rumahnya. Pemikirannya kini lebih mengarah pada ide pemaharuan Islam. Diajarkannya kitab-kitab karya Muhammad Abduh seperti Tafsir Al Manar, Risalah Attauhid, sedangkan di bidang etika diajarkan kitab Zad Maad karya Ibnu Qayyim dan Midaayah al Mujtahid karya Ibnu Taimiyah. Sayup semangat nasionalisme juga Haji Ahmad Dahlan gaungkan seperti yang dilakukan Muhammad Abduh.

Semakin hari Haji Ahmad Dahlan semakin sibuk di pesantren miliknya. Perjuangannya dilandasi semangat patriotisme dan nasionalisme untuk mengembalikan 'izzah atau keluhuran kaum muslimin. Pada tahun 1907 santer terdengar kabar akan didirikannya organisasi pemuda intelektual bernama Budi Oetomo (resmi didirikan tahun 1908) dari kalangan mahasiswa kedokteran yang belajar di STOVIA. Haji Ahmad Dahlan meminta penjelasan dari salah satu pengurus bernama Joyosumarto perihal organisasi tersebut. Sebab baginya, dunia tentang nasionalisme dan modernitas adalah sesuatu yang baru dan belum pernah disentuh. Selain itu dia juga merasa lingkungan santri Kampung Kauman memerlukan pembaharuan demi mengangkat harkat dan martabat kaum santri setelah sekian lama tebelenggu rasa rendah diri yang sudah terlanjur menjalar di pesantren. Dua dunia antara agama dan modernitas memunculkan anggapan tersendiri dari masing-masing kelompok. Kalangan kaum pelajar ala Belanda menganggap dunia kaum sarungan terbelakang, sedangkan kaum santri menganggap kaum terpelajar adalah penghamba kafir Belanda.

Pemisahan agama dalam kebudayaan keraton mengakibatkan penyebaran pemikiran keagamaan kehilangan arah. Awal mula dilarangnya seorang sultan untuk khotbah Jum'at menjadi awal hilangnya komunikasi keagamaan antara rakyat dan raja. Ajaran Pangeran Mangkubumi tentang akhlak dan etika menjadi bias, tercampur tak terarah dalam dunia mistisme. Etika Islam yang sebelumnya sudah mendarah daging pada kebudayaan Jawa sedikit demi sedikit tanpa disadari bergeser ke tatanan akidah. Sebenarnya di dalam Islam juga ada mistisme yang hanya dalam ruang lingkup etika dalam beragama, hal itu juga lambat laun bergeser ke ranah ritual kepercayaan akidah. Suatu kemunduran yang menghalangi jalannya perubahan.

Dua sampai tiga kali Haji Ahmad Dahlan hadir di rapat pengurus Budi Oetomo, sampai akhirnya beliau yakin untuk bergabung. Kini ia memahami bahwa kaum terpelajar adalah orang-orang muslim yang utuh dalam hal dunia. Sesuatu yang asing dalam benaknya. Interaksinya dengan organisasi tersebut membuatnya menemukan suatu jalan yang bisa mewujudkan cita-citanya. Dilain sisi, para anggota Budi Oetomo lain juga mendapatkan pencerahan dari diskusi keagamaan yang dijelaskan secara sederhana dan praktis dari Haji Ahmad Dahlan.

Diskusi dan kajian keislaman yang dilakukan oleh Haji Ahmad Dahlan juga dihadiri oleh para anggota yang menjadi guru di sekolah Goubernment milik Belanda. Secara spontan Haji Ahmad Dahlan menginisiasi diadakannya pelajaran agama di sekolah Kweekschool (Sekolah Raja) bagi para siswa yang beragama Islam. Kemudian ide tersebut bisa diterima oleh Hoofd Inspectuur sebagai otoritas tertinggi di kepengurusan sekolah. Hal tersebut menjadi inspirasi bagi Haji Ahmad Dahlan untuk mengembangkan pesantren miliknya. Ia memanggil tukang kayu untuk membuat tiga set kursi dan meja. Pendopo depan disulap menjadi sebuah ruang kelas. Lagi-lagi masyrakat kembali memandang aneh Haji Ahmad Dahlan karena dianggap berlawanan dengan arus kebiasaan pada saat itu. Kejadian masa lalu masih membekas dihatinya.

Awalnya murid-murid sekolahnya itu hanya dihadiri oeh anak-anak dari keluarga Haji Ahmad Dahlan sendiri yang berjumlah sembilan orang dan beliau sendiri yang menjadi gurunya. Lama kelamaan jumlahnya bertambah. Dibulan ketujuh, sekolah tersebut mendapat sumbangan guru dari tamatan Kweekschool yang belum mendapat penempatan dari Goubernement. Di sekolahnya, Haji Ahmad juga mengajarkan kesenian seperti lagu-lagu Marhaban-marhaban, Jalil-jalil dan lagu-lagu burdah. Namun masyarakat malah takut kalau haji Ahmad Dahlan sudah murtad, sekolahnya menyeleweng dari ajaran Islam dan mengajar anak-anak untuk berpindah agama.

Ada saran dari calon guru Kweekschool supaya sekolah tersebut dijadikan sebuah organisasi supaya keberlangsungannya bisa lebih terjamin, tidak hanya bergantung kepada Haji Ahmad Dahlan seorang. Akhirnya organisasi tersebut didirikan pada tanggal 18 November 1912 dinamakan Muhammadiyah, diambil dari nabi panutan umat Islam. Penamahan ijah -iyah- sebagai nisbah dimaksudkan barang siapa yang menjadi anggota Muhammadiyah hendaknya dapat menyesuaikan diri pribadi Nabi Muhaamad SAW. Pendirian organisasi tersebut sempat kembali mendapat pertentangan dari M. Khalil Kamaludiningrat sebab dia salah membaca surat permohonan Haji Ahmad Dahlan yang tertulis President organisasi menjadi Resident. Pendirian Mohammadiyah pada nantinya akan mempersempit jurang perpecahan antara muslimin dari kalangan santri dan muslimin dan yang bukan santri.

Sepak terjang Haji Ahmad Dahlan bersama Muhammadiyah begitu rasional. Beliau mengikis takhayaul, bid'ad dan kurafat/chufarat (disingkat sendiri oleh beliau menjadi TBC). Sebagaimana para gurunya Ahmad Khatib Minangkabawi, serta pengaruh dari Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim, ia merasa jenuh dengan kebudayaan yang berada di luar nalar kemanusiaan dan prinsip ketuhanan dalam Islam. Telah terjadi pergeseran nilai, semenjak para raja dilarang berhaji dan tidak boleh mengadakan pertemuan umum yang membahas agama bahkan juga tidak boleh khotbah jumat.

Islam adalah akidah dan syariah yang dihiasi dengan etika atau akhlak. Namun jadi bahaya kalau akhlak yang seharusnya tercermin dalam sikap menjadi sebuah teori ketuhanan. Haji Ahmad Dahlan sebenarnya tidak ingin menyalahi wacana fikih yang mengatakan kalau ziarah kubur adalah sunnah. Namun Haji Ahmad Dahlan pernah menyerukan bahwa ziarah kubur adalah kufur, syirik dan haram sehingga menggemparkan masyarakat. Hal tersebut sebenarnya adalah upaya beliau untuk mengembalikan nilai dan syariah pada tempatnya. Jika seseorang mengedepankan akidah, syariat dan etika/akhlak sebelum fikih, maka ziarah kubur hanyalah wacana etika/akhlak supaya manusia menjadi lebih baik lagi terhadap Allah maupun hamba-Nya dalam mengingat kematian itu pasti datang. Namun kalau keadaanya terbalik akibat keyakinan yang keliru, orang akan terjebak dalam takhayul sehingga ada anggapan orang sholeh yang mati seakan menjelma menjadi Tuhan, sehingga manusia yang masih hidup menyandarkan ketakutan dan harapan. Itu adalah kekufuran dan kesyirikan yang tidak bisa ditolerir dalam Islam dan hukumnya haram.

Aksi nyata Muhammadiyah seperti banyak terinspirasi dan merupakan bentuk pengejawantahan Surat Al-Maun. Haji Ahmad Dahlan pernah mengajak murid dan santrinya untuk berkelling Pasar Beringharjo, Malioboro dan alun-alun Yogyakarta. Banyak pengemis disekitar tempat itu. Ia memerintahkan murid dan santrinya untuk membawa fakir miskin itu ke Mesjid Gedhe, kemudian membagikan sabun, sandang & pangan untuk mereka. Surat Al-Maun seperti sudah membumi dalam diri Haji Ahmad Dahlan. Suatu saat ia pernah bertemu dengan seorang fakir yang tidak memiliki pakaian untuk sholat. Tanpa pikir panjang, Haji Ahmad Dahlan mengajak fakir tersebut untuk memilih pakaian yang dia suka di lemari pakaiannya.

Pada tanggal 17 Juni 1920 diadakan Sidang Istimewa Anggota Muhammadiyah yang dihadiri oleh 200 orang anggota dan simpatisan. Haji Ahmad Dahlan memimpin acara dan melantik para anak muda yang sudah menjalankan aksinya. Malam itu dipaparkan rencana dari para ketua empat bidang yang ada di organisasi, yaitu pertama Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bidang Sekolah diketuai oleh H.M Hisyam, kedua Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bidang Tabligh diketuai oleh H.M Fakhrudin, ketiga Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bidang Penolong Kesengsaraan Oemoem diketuai oleh H.M Syoedja dan Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bidang Taman Pustaka diketuai oleh H.M Mokhtar.

Bidang Sekolah akan memajukan pendidikan dan pengajaran dengan membangun Universiteit Moehammadijah untuk mencetak sarjana-sarjana Islan dan Guru Besar guna kepentingan umat Islam. Bagian Tabligh hendak membangun langgar dan mesjid untuk tempat pengajian dan ibadah umat Islam setempat, mendirikan pondok modern untuk mencetak ulama-ulama yang ulung, sehingga cahaya Islam bisa menerangi alam semesta. Bagian Taman Pustaka akan berusaha menyiarkan Islam dengan selebaran cuma-cuma atau majalah bulanan baik yang cuma-cuma atau berlangganan, buku-buku Islam yang ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami serta membangun Taman Bacaan yang selain menyediakaan buku agama juga menyediakan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan Islam. Terakhir bagian Penolong Kesengsaraan Oemoem akan mendirikan rumah sakit, rumah miskin dan rumah yatim. Penjelasan itu menghebohkan hadirin dan mengundang gelak tawa dari sebagaian hadirin. Sebab pada saat itu pembangunan rumah sakit, rumah miskin (semacam panti) dan rumah yatim adalah tugas Pemerintah. Keempat bidang tersebut sampai saat ini bisa kita lihat hasilnya dengan banyaknya sekolah-sekolah Muhammadiyah dari tingkat taman kanak-kanak, SD, SMP dan SMA & Universitas Muhammadiyah yang ada di Jakarta, Yogyakarta, Malang, Surakarta dll; banyaknya mesjid-mesjid yang dikelola di bawah naungan organisasi Muhammadiyah dan pondok-pondok pesantren; lembaga berita Suara Muhammadiyah yang dari media cetak kini beralih ke media online; banyaknya Rumah Sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah atau Rumah Sakit Islam yang kesemuanya tersebar di seluruh penjuru tanah air.

Di usia senjanya, Haji Ahmad Dahlan masih terus berjuang bersama Muhammadiyah meskipun kesehatannya terganggu. Meskipun dokter sudah membatasi kegiatannya untuk beristirahat, tetap saja ada pengurus yang datang karena undangan dari Haji Ahmad Dahlan sendiri yang ingin menanyakan kegiatan apa saja yang sudah dijalankan dan yang belum dijalankan. Akhirnya beliau merasa harus mendelegasikan tugasnya di Muhammadiyah kepada keponakan dari istrinya bernama Baqir yang pada saat itu berada di Mekkah untuk pulang ke Tanah Air dan meneruskan perjuangannya. Namun Baqir belum bisa menerima apa yang dipercayakan kepadanya dan tetap bertahan di Mekkah. Pada malam Sabtu tanggal 23 februari 1923, Haji Ahmad Dahlan menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 54 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di Karangkajen, Kota Yogyakarta.

Demikian ringkasan biografi dari K.H Ahmad Dahlan. Buku ini ditulis oleh Didik L. Hariri. Buku setebal 187 halaman ini selain menceritakan latar belakang, silsilah dan perjalanan hidup Haji Ahmad Dahlan secara garis besar, tapi juga menceritakan secara cukup rinci dan jelas tentang poin-poin penting perjuangan dakwah dari sang pendiri Muhamaadiyah, bagaimana perspektif, corak dan kontribusi dari organisasi Muhammadiyah itu sendiri terhadap bangsa ini.

Wednesday, November 25, 2020

Tentang Unsung Cinderella (Drama Jepang Tentang Apoteker di Rumah Sakit) Episode 1


Unsung Cinderella adalah film drama Jepang yang menceritakan tentang seorang apoteker bernama Aoi Midori (Satomi Ishihara) yang bekerja di Rumah Sakit (RS) Umum Takatsu. Aoi merupapak apoteker yang memiliki sifat altruistik (mendahulukan kepentingan pasien). Dia menyadari bahwa apoteker merupakan benteng terakhir bagi keselamatan pasien selama pengobatan. Secara garis besar kondisi profesi apoteker yang bekerja di rumah sakit di Jepang kurang lebih masih hampir sama dengan di Indonesia dalam hal anggapan atau pandangan tenaga kesehatan lain ataupun pasien/masyarakat secara umum dalam menangani pasien (kalau dalam hal kesejahteraan jelas beda kayaknya). Pada episode 1 terlihat beberapa adegan yang menampilkan bahwa apoteker memang seperti kurang diperhatikan. Misalnya saat Aihara Kurumi (Nanashe Ishino) apoteker yang baru diterima bekerja di RS tersebut bertanya kepada Kepala Departemen Farmasi -kalau disini mungkin Kepala Instalasi Farmasi- Handa Satoko (Miki Maya), 'Apakah apoteker dibutuhkan di RS?' karena dia sebagai apoteker sebenarnya bisa bisa menjadi apoteker di apotek (yang mungkin lebih dihargai tapi mendapat gaji yang sama dengan apoteker di RS). Saat Aihara ingin menggunakan lift, diberitahu oleh juga oleh Handa bahwa lift diprioritaskan untuk pasien, dokter, perawat kemudian baru apoteker. Aoi juga pernah mengingatkan Aihara jika dia ingin dihargai, jangan menjadi apoteker (khususnya di RS). Aoi sendiri menjadi apoteker karena saat ia kecil, adiknya mengidap kanker dan saat menjalani masa-masa sulit tersebut ia dibantu oleh seorang apoteker di RS itu, sehingga menjadi apoteker menjadi impiannya sejak saaat itu.

Film ini sangat edukatif sekali karena menampilkan adegan-adegan yang menunjukan ternyata apoteker sesungguhnya juga memiliki peran dalam hal keberhasilan pengobatan pasien. Di awal-awal film, ada seorang pasien yang disengat tawon, mengalami reaksi alergi dan tidak sadarkan diri. Pasien diberi kortikosteroid dan antihistamin supaya bengkak atau inflamasi dan reaksi alerginya tidak semakin meluas. Kemudian pada pembacaan Bedside Monitor, tiba-tiba jantung si pasien berhenti berdetak. Dokter menekan-menekan dada pasien supaya jantungnya terus berdetak, setelah sebelumnya dokter memberi suntikan adrenalin untuk memacu jantung si pasien. Aoi turut membantu, dia menemukan bahwa dikantong celana pasien ada obat antihipertensi golongan beta-blocker. Menarik, disini Aoi menyarankan kepada dokter untuk memberikan injeksi glukagon kepada pasien penderita hipertensi untuk menurunkan kadar dan efek beta-blocker yang menghambat aksi dari adrenalin sehingga jantung pasien bisa berdetak lagi. Ada juga adegan-adegan lain yang menampilkan bahwa pasien di rawat inap banyak yang tidak patuh atau belum sadar akan pentingnya disiplin dalam minum obat. Disinilah peran apoteker juga ada supaya mereka mau minum obat secara teratur. Aoi juga rajin 'rapat resep' dengan dokter terutama dengan dokter Hayashi Masaki (Kisuke Iida). Ia sering meminta konfirmasi kepada dokter walaupun hanya terkait hal-hal sepele dalam resep, misal Lansoprazole seharusnya hanya diminum 1x sehari, tapi dokter Hayashi meresepkan 3x sehari. 

Adegan lain yang menampilkan peran apoteker adalah saat ada pasien rawat inap hamil bernama Yajima Shiori yang menunjukan gejala sakit kepala, sakit pada mata dan mual. Namun diresepkan Loxopreforen oleh dokter Michiba yang seharusnya tidak boleh untuk ibu hamil. Aoi mengubahnya menjadi parasetamol. Gejala-gejala yang dialami Yajima ini menunjukan gejala HELLP Syndrome. Sebelumnya dokter Hayashi juga meresepkan Lansoprazole sehari 3x. Aoi sempat menghampiri dokter saat sedang makan siang untuk rapat resep dan meminta izin untuk mengubah penggunaan Lansoprazole menjadi 1x sehari. Terkesan sepele memang. Dokter Hayashi beranggapan bahwa hal itu bisa diubah sendiri tanpa harus mengganggu makan siangnya.  Ternyata benar, Yajima yang baru melahirkan secara prematur sebenarnya mengalami Preeklamsi, kadar Alanine  Amino Transferase juga meningkat akibat Lansoprazole. Disini, Aoi berkontribusi mengurangi tingkat keparahan dengan mengurangi pengurangan penggunaan Lansoprazole menjadi hanya 1x sehari. Bisa dibayangkan kalau Lansoprazole tetap diberikan sampai 3x sehari. Kondisi preeklamsi adalah keadaan sebelum eklamsi yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi >140/100 mmHg, kejang sebelum, selama atau sesudah persalinan. Kondisi ini bisa membayakan nyawa si ibu atau si janin. 

Saat Yajima mengalami sakit tersbut. Aoi mengingatkan dokter Michiba bahwa apa yang dialami pasien itu adalah preeklamsi dan parasetamol tidak mempan. Tidak lama dokter Hayashi datang dan dengan bahasa tubuh marah menarik Aoi supaya tidak ikut campur dengan tidak bertindak menangani pasien tanpa seizin dokter. Akan tapi Aoi tidak diam saja. Dia kembali menekankan dokter Hayashi bahwa kondisi tersebut adalah preeklamsi dan dia menyarankan untuk memberikan Magnesium Sulfat untuk mengurangi kejang pada pasien. Akhirnya pasien tersebut tertolong. Dokter Hayashi yang masih tidak terima membawa masalah ini ke dewan komisi etik rumah sakit. Namun banyak yang memberikan dukungan kepada Aoi, terutama dari dokter dan bidan yang merasa terbantu oleh Aoi. Meskipun Wakil Kepala Departemen Farmasi disitu sendiri tidak ingin Aoi terlalu vokal dalam pekerjaannya.

Secara garis besar, sama seperti di Indonesia film ini menunjukan bahwa di Jepang sendiri hubungan antara dokter dan apoteker belum kolaboratif. Sebagian dokter masih merasa bahwa apoteker bukan sebagai partnernya untuk sama-sama menangani pengobatan dan terapi pasien. Dokter masih banyak yang merasa bahwa apoteker menggangu kewenangannya dalam menangani pasien. Padahal seharusnya apoteker yang juga tergolong sebagai salah satu tenaga kesehatan selain dokter dan perawat, sangat bisa menjadi rekan dari dokter. Demikian.

Wednesday, July 15, 2020

Hipertensi


A. Etiologi dan Patofisiologi Hipertensi
- Sering disebut silent killer karena penderita tidak menunnjukan gejala/asimptomatis. Disebut tekanan darah ketika tekanan darah terukur tinggi dalam waktu yang lama. Hal ini bisa merusak otak ginjal jantung atau bahkan mata.

- Lebih dari 40% pasien hipertensi tidak dilakukan treatment

- 2/3 penderita tidak mencapai target tekanan darah kurang dari 140/90

- Orang normal tanpa keturunan hipertensi berusia 55 tahun 90% beresiko hipertensi karena pemmbuluh darah tidak elastis

Pembuluh darah menyempit saat konstriksi (darah dipompa dari jantung), tekanan darah pada orang hipertensi menjadi lebih tingi dalam keadaan ini.

Secara etiologi (sebab dan asal muasal), ada 2 kategori:
1. Hipertensi Primer: lebih dari 90% penderita, belum ditemukan penyebab pastinya, tapi diduga faktr genetik memegang peranan penting.
2. Hipertensi Skeunder: kurang dari 10% kasus, penyebabnya konsumsi terlalu banyak garam, konsumsi obat oral kontrasepsi

Klasifikasi hipertensi menurut James et al 2014

Klasifikasi
Sistolik (mmHg)
Dan/atau
Diastolik (mmHg)
Normal
<120
Dan
<80
Prehipertensi
120-139
Atau
80-89
Hipertensi Stage 1
140-159
Atau
90-99
Hipertensi Stage 2
≥ 160
Atau
≥100
sistolik = saat darah keluar jantung
diastolik = saat tekanan darah masuk ke jantung

B. Algoritme Terapi dan Prinsip Penatalaksaan Hipertensi
Tujuan terapi: sangat penting dipahami pasien supaya patuh dalam pengobatan. Jika tidak, akan merasa sudah sembuh, baik dan tidak minum obat. Padahal hipertensi tidak bisa sembuh melainkan hanya terkontrol. Tujuannya menggurangi morbiditas dan mortalitas dari kardiovaskuler serta ginjal dengan fokus utama terapi menurunkan tekanan target sesuai target tekanan darah berdasarkan: umur pasien, penyakit penyerta & ras atau warna kulit (JNC 8).


No
Kriteria Umur
Target Tekanan Darah
Sistolik
Diastolik
1
≥ 60 tahun
≤ 150
≤ 90
2
≤ 60 tahun
≤ 140
≤ 90
3
Semua umur dengan diabetes, tanpa penyakit ginjal kronis
≤ 140
≤ 90
4
Semua umur dengan penyakit ginjal kronis dengan atau tanpa diabetes
≤ 140
≤ 90

Penatalaksaan terapi dilakukan dengan terapi non-farmakologis, kemudian jika tekanan darah masih tinggi baru dilakukan terapi farmakologi.

Contoh penatalaksaan terapi non-farmakologis:

Modifikasi Rekomendasi Penurunan Sistolik
Penurunan berat badan Jaga berat badan normal, Indeks Massa Tubuh 18,5-25 kg/m2 5-20 mmHg tiap penurunan 10 kg berat badan
Diet sehat Banyak buah, sayur & kurangi lemak 8-14 mmHg
Diet rendah garam < 3,8 gram per hari 7-8 mmHg
Olahraga 30 menit 4x seminggu 4-8 mmHg
Konsumsi alkohol < 2 gelas per hari (pria), < 1 gelas per hari (wanita) 2-4 mmHg

C. Intervensi Farmakologi untuk pelaksaan Hipertensi
Penatalaksanaan farmakologis:
1. Diuretik
Mekanisme dengan mengeluarkan Natrium sehingga volume darah berkurang.
2. Beta Blocker (~lol)
Menurunkan denyut jantung dan kardiak output.
3. Calcium Chanel Blocker (CCB) (~pin)
Mekanisme sebagai vasodilator akan menurunkan resistensi perifer dan vasokontriksi pembuluh darah.
4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) (~pril)
mekanisme dengan menghambat angiotensi 1 menjadi angiotensi 2, kemudian mengaktifkan bradikinin yang berfungsi sebagai vasodilator.
5. Angiotensin Receptor Blocker (ARB) (~tan)
Mekanisme dengan menghambat efek angiotensin secara total.

D. Drug of Choice Hipertensi pada Pasien Kondisi Khusus
Kapan pasien mulai diterapi? Jika umur pasien ≥ 18 tahun.
Menurut Wiliiam:
1. Pasien hipertensi tanpa komplikasi: 
Pilihan pertama: ACEI atau ARB + CCB atau diuretik
Pilihan kedua: ACEI atau ARB + CCB + diuretik
Pilihan ketiga: ACEI atau ARB + CCB + diuretik+ spironolakton atau obat lainnya (alfa blocker atau beta blocker)
*triple combination: ACEI atau ARB + CCB + diuretik

2. Pasien hipertensi dengan penyakit ginjal kronik
Pilihan pertama: ACEI atau ARB + CCB  atau diuretik (loop)
Pilihan kedua: ACEI atau ARB + CCB + diuretik (loop)
Pilihan ketiga: ACEI atau ARB + CCB + diuretik+ spironolakton atau obat lainnya

3. Pasien hipertensi dengan penyakit arteri koroner
Pilihan pertama ada 3 alternatif: ACEI atau ARB + beta blocker atau CCB / CCB + diuretik atau beta blocker / beta bloker + diuretik
Pilihan kedua: triple combination atau lebih
Pilihan ketiga: triple combination + spinorolakton + alfa blocker atau beta blocker

4. Pasien hipertensi dengan gagak jantung
Pilihan pertama: ACEI atau ARB + diuretik atau loop diuretik + beta blocker
Pilihan kedua: ACEI atau ARB + diuretik atau loop diuretik + beta blocker + MRA (mineralocorcticod receptor antagonist)

Hindari penggunaan ACEI dan ARB secara bersamaan

E. Peran Apoteker
1. Assessment/penilaian pasien
- Assessment terhadap kondisi pasien: apa sudah dalam waktu lama, target tidak tercapai jika sudah minum obat, obat-obat apa yang sudah diminum.
- Assessment terhadap DRP.

Pertanyaan kunci: riwayat penyakit & penggunaan obat, apa obat yang diterima sesuai indikasi, apa obat selektif dan aman, apa pasien patuh terhadap pengobatan

2. Membuat rencana asuhan kefarmasian
Tujuannya untuk mendokumentasikan semua hasil assessment yang dilakukan apoteker ditahap awal. Identifikasi permasalahan terkait obat yang diberikan.

Pertanyan kunci: membutuhkan obat tapi tidak menerima obatnya, menerima obat tidak sesuai dengan indikasinya, menggunakan obat dengan cara yang salah, dosis obat terlalu tinggi atau rendah, tidak patuh minum obat,

3. Monitoring dan tindak lanjut terapi ataupun pemantauan tekanan darah
Melakukan assessment apakah terapi yang diberikan sudah sesuai atau perlu dikonfirmasikan ke dokter.
Pemberian terapi beta blocker harus diberikan dari dosis yang rendah dan perlahan naik.
Hindari kombinasi CCB non DHP + beta blocker karena akan saling menurunkan efek.

F. Drug related Problem (DRP) pada Tata Laksana Hipertensi
Interaksi obat:
- beta blocker + obat diabetes -> beta blocker menurunkan efek obat diabetes (penekanan efek hipoglikemi
- ACEI + NSAID (aspirin dosis tinggi) -> NSAID akan menurunkan potensi ACEI

Adverse drug reaction: CCB, diuretik & beta blocker. Harus dilakukan monitoring dan tindak lanjut lebih cermat karena menimbulkan efek pada sistem syaraf pusat, gangguan muskuloskeletal dan gangguan gastrointestinal.

Kondisi hamil: dilarang diberikan ACEI, ARB, atenolol, oxprenolol, pragosin, diuretik & spironolakton.
Alternatifnya: metildopa, beta blocker, nifedipin lepas lambat, diuretik.

F. Monitoring dan Evaluasi Outcome Terapi


Kelas Terapi Parameter
Diuretik - tekanan darah
- kreatinin serum
- elektrolit darah (K+, Mg2+, Na+), asam urat (untuk thiazide)
Beta blocker - tekanan darah
- kecepatan nadi
Aldosterone antagonist
ACEI
ARB
- tekanan darah
- kreatinin serum
- kalium darah
CCB - tekanan darah
- kecepatan nadi

G. Komunikasi, Informasi dan Edukasi bagi Pasien Hipertensi
Bagaimana supaya pasien patuh?
Berkomunikasi dengan pasien, hal apa yang membuat mereka tidak patuh. Apa tinggal sendiri sehingga faktir lupa jadi dominan, atau pasien merasa sudah sembuh. Kasus yang terakhir perlu diedukasi bagaimana perjalanan penyakit hipertensi jika tidak dikelola dengan baik. Hipertensi bukan penyakit yang bisa disembuhkan, tapi harus dikontrol dengan penggunaan obat yang tepat. mekanisme obat, cara kerja obat secara sederhana harus diberikan supaya pasien paham.

Bagaimana cara mengedukasi pasien?
- Apa apoteker punya waktu, sehingga tidak terburu-buru.
- Apa cara berbicara cukup bisa dipahami: tidak terlalu cepat, bahasa mudah dipahami.
- Barrier/penghalang: suasana tidak nyaman (didengar pasien lain)
- Bagaimana apoteker memposisikan diri sebagai pasien, memahami pasien akan memudahkan apoteker dalam berkomunikasi dengan mereka, bertanya dengan pertanyaan open akan membuat mereka bercerita dan apoteker lebih mudah menangkap kendala kenapa pasien tidak patuh. Misal: 'bisa dijelaskan kembali apa yang sudah disampaikan oleh dokter terkait obat yang akan digunakan?', sehingga bisa diukur sejauh mana pasien paham bahwa obat yang akan diminumnya memiliki manfaat terhadap perjalanan penyakitnya.

Sumber: apoteker.od.id Farmakoterapi dan Pelaksanaan Hipertensi oleh Lusy Noaviani S.Si., MM., Apt.