Unsung Cinderella adalah film drama Jepang yang menceritakan tentang seorang apoteker bernama Aoi Midori (Satomi Ishihara) yang bekerja di Rumah Sakit (RS) Umum Takatsu. Aoi merupapak apoteker yang memiliki sifat altruistik (mendahulukan kepentingan pasien). Dia menyadari bahwa apoteker merupakan benteng terakhir bagi keselamatan pasien selama pengobatan. Secara garis besar kondisi profesi apoteker yang bekerja di rumah sakit di Jepang kurang lebih masih hampir sama dengan di Indonesia dalam hal anggapan atau pandangan tenaga kesehatan lain ataupun pasien/masyarakat secara umum dalam menangani pasien (kalau dalam hal kesejahteraan jelas beda kayaknya). Pada episode 1 terlihat beberapa adegan yang menampilkan bahwa apoteker memang seperti kurang diperhatikan. Misalnya saat Aihara Kurumi (Nanashe Ishino) apoteker yang baru diterima bekerja di RS tersebut bertanya kepada Kepala Departemen Farmasi -kalau disini mungkin Kepala Instalasi Farmasi- Handa Satoko (Miki Maya), 'Apakah apoteker dibutuhkan di RS?' karena dia sebagai apoteker sebenarnya bisa bisa menjadi apoteker di apotek (yang mungkin lebih dihargai tapi mendapat gaji yang sama dengan apoteker di RS). Saat Aihara ingin menggunakan lift, diberitahu oleh juga oleh Handa bahwa lift diprioritaskan untuk pasien, dokter, perawat kemudian baru apoteker. Aoi juga pernah mengingatkan Aihara jika dia ingin dihargai, jangan menjadi apoteker (khususnya di RS). Aoi sendiri menjadi apoteker karena saat ia kecil, adiknya mengidap kanker dan saat menjalani masa-masa sulit tersebut ia dibantu oleh seorang apoteker di RS itu, sehingga menjadi apoteker menjadi impiannya sejak saaat itu.
Film ini sangat edukatif sekali karena menampilkan adegan-adegan yang menunjukan ternyata apoteker sesungguhnya juga memiliki peran dalam hal keberhasilan pengobatan pasien. Di awal-awal film, ada seorang pasien yang disengat tawon, mengalami reaksi alergi dan tidak sadarkan diri. Pasien diberi kortikosteroid dan antihistamin supaya bengkak atau inflamasi dan reaksi alerginya tidak semakin meluas. Kemudian pada pembacaan Bedside Monitor, tiba-tiba jantung si pasien berhenti berdetak. Dokter menekan-menekan dada pasien supaya jantungnya terus berdetak, setelah sebelumnya dokter memberi suntikan adrenalin untuk memacu jantung si pasien. Aoi turut membantu, dia menemukan bahwa dikantong celana pasien ada obat antihipertensi golongan beta-blocker. Menarik, disini Aoi menyarankan kepada dokter untuk memberikan injeksi glukagon kepada pasien penderita hipertensi untuk menurunkan kadar dan efek beta-blocker yang menghambat aksi dari adrenalin sehingga jantung pasien bisa berdetak lagi. Ada juga adegan-adegan lain yang menampilkan bahwa pasien di rawat inap banyak yang tidak patuh atau belum sadar akan pentingnya disiplin dalam minum obat. Disinilah peran apoteker juga ada supaya mereka mau minum obat secara teratur. Aoi juga rajin 'rapat resep' dengan dokter terutama dengan dokter Hayashi Masaki (Kisuke Iida). Ia sering meminta konfirmasi kepada dokter walaupun hanya terkait hal-hal sepele dalam resep, misal Lansoprazole seharusnya hanya diminum 1x sehari, tapi dokter Hayashi meresepkan 3x sehari.
Adegan lain yang menampilkan peran apoteker adalah saat ada pasien rawat inap hamil bernama Yajima Shiori yang menunjukan gejala sakit kepala, sakit pada mata dan mual. Namun diresepkan Loxopreforen oleh dokter Michiba yang seharusnya tidak boleh untuk ibu hamil. Aoi mengubahnya menjadi parasetamol. Gejala-gejala yang dialami Yajima ini menunjukan gejala HELLP Syndrome. Sebelumnya dokter Hayashi juga meresepkan Lansoprazole sehari 3x. Aoi sempat menghampiri dokter saat sedang makan siang untuk rapat resep dan meminta izin untuk mengubah penggunaan Lansoprazole menjadi 1x sehari. Terkesan sepele memang. Dokter Hayashi beranggapan bahwa hal itu bisa diubah sendiri tanpa harus mengganggu makan siangnya. Ternyata benar, Yajima yang baru melahirkan secara prematur sebenarnya mengalami Preeklamsi, kadar Alanine Amino Transferase juga meningkat akibat Lansoprazole. Disini, Aoi berkontribusi mengurangi tingkat keparahan dengan mengurangi pengurangan penggunaan Lansoprazole menjadi hanya 1x sehari. Bisa dibayangkan kalau Lansoprazole tetap diberikan sampai 3x sehari. Kondisi preeklamsi adalah keadaan sebelum eklamsi yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi >140/100 mmHg, kejang sebelum, selama atau sesudah persalinan. Kondisi ini bisa membayakan nyawa si ibu atau si janin.
Saat Yajima mengalami sakit tersbut. Aoi mengingatkan dokter Michiba bahwa apa yang dialami pasien itu adalah preeklamsi dan parasetamol tidak mempan. Tidak lama dokter Hayashi datang dan dengan bahasa tubuh marah menarik Aoi supaya tidak ikut campur dengan tidak bertindak menangani pasien tanpa seizin dokter. Akan tapi Aoi tidak diam saja. Dia kembali menekankan dokter Hayashi bahwa kondisi tersebut adalah preeklamsi dan dia menyarankan untuk memberikan Magnesium Sulfat untuk mengurangi kejang pada pasien. Akhirnya pasien tersebut tertolong. Dokter Hayashi yang masih tidak terima membawa masalah ini ke dewan komisi etik rumah sakit. Namun banyak yang memberikan dukungan kepada Aoi, terutama dari dokter dan bidan yang merasa terbantu oleh Aoi. Meskipun Wakil Kepala Departemen Farmasi disitu sendiri tidak ingin Aoi terlalu vokal dalam pekerjaannya.
Secara garis besar, sama seperti di Indonesia film ini menunjukan bahwa di Jepang sendiri hubungan antara dokter dan apoteker belum kolaboratif. Sebagian dokter masih merasa bahwa apoteker bukan sebagai partnernya untuk sama-sama menangani pengobatan dan terapi pasien. Dokter masih banyak yang merasa bahwa apoteker menggangu kewenangannya dalam menangani pasien. Padahal seharusnya apoteker yang juga tergolong sebagai salah satu tenaga kesehatan selain dokter dan perawat, sangat bisa menjadi rekan dari dokter. Demikian.
No comments:
Post a Comment