Friday, May 29, 2020

Langkah Strategis Terapi Dermatits Atopik

Dermatitis Atopik (DA) atau yang biasa disebut eksim oleh kebanyakan orang adalah penyakit berupa sekumpulan lesi veskular yang terbentuk ketika edema (penumpukan cairan) terakumulasi diantara sel epidema. DA adalah istilah umum yang mencakup dermatitis dan eksim. Dulu dokter menganggap DA adalah penyakit semasa anak-anak yang akan sembuhdengan sendirinya setelah dewasa. Ternyata di Amerika Serikat (AS) ada sekitar 16,5 juta (7,3%) orang dewasa yang mengidap DA. Meskipun tidak mengancam nyawa, DA menyebabkan tekanan dan isolasi sosial. Serta penyebab keempat beban tidak fatal karena disability/kecacatan.

sumber gambar: Halodoc

Penyakit kronis, kompleks dan tidak dapat disembuhkan ini ciri-cirinya menyebabkan kulit pecah-pecah, kering, gatal yang parah, inflamasi/bengkak dan iritasi. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan sehingga istilah sembuh kurang tepat, yang tepat ialah istilah terkontrol. DA sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor pemicunya sangat spesifik. Rencana perawatan yang khusus/spesifik harus mencakup gaya hidup, pelembab dan obat-obatan yang secara spesifik berfungsi meringankan kulit kering dan inflamasi.Pasien harus dipersiapkan untuk mengatasi flare/kulit terbakar dan menjaga kontrol ketika mereka bisa mencapai penyembuhan terbaik.

Berikut tahapan dalam menganani DA:

1. Steroid topikal (salep kulit lebih disukai) untuk gejala berupa kulit terbakar; emmolient (obat atau bahan yang mempunyai sifat melunakan) contohnya crisobolole untuk perawatan lebih lanjut. Sejauh ini gw cari-cari informasi mengenai crisobolole nampaknya belum masuk ke Indonesia. Di AS, obat ini sudah disetujui FDA sejak tahun 2016 dengan merk Eucrisa.

2. Inhibitor/penghambat calcineurin topikal yang dikombinasi dengan kortikosteroid & dupilumab (injeksi anti-inflamasi).

3. Fototerapi (penyinaran intensitas tinggi biasanya untuk bayi yang kena penyakit kuning); cyclosporine (immunosupresan/penekan sistem imun); kortikosteroid oral atau topikal yang poten; methotrexate (kemoterapi/obat kanker) & azathioprine (immunosupresan/penekan sistem imun).

sumber gambar: Alodokter

Pasien dengan DA terkadang tidak patuh terhadap terapi karena beban perawatan yang cukup berat. Tingginya beban ini tidak hanya dirasakan oleh pasien dewasa, tapi juga dirasakan oleh orang tua dari pasien anak yang menderita penyakit ini (dengan tingkat keparahan sedang sampai parah) karena memakan waktu 3 jam setiap harinya untuk perawatan harian.  Diawal terapi, kepatuhan pasien bisa mencapai 90% namun turun hingga 30% di minggu ke-8.


Berikut informasi-informasi klinis yang relevan untuk mendorong/mendukung pasien DA:

1. Mengatasi steroidphobia:
Kebanyakan penyedia pelayanan kesehatan dan pasien percaya bahwa steroid menyebabkan ketergantungan setelah digunakan sekali dan gunakan steroid seminimal mungkin bahkan untuk keadaan yang sudah parah.

2. Menganjurkan mandi setiap hari:
Rendam kulit dalam air hangat selama 10 menit untuk menghidrasi kulit, menghilangkan kulit yang mengeras, iritan & alergen. Perendaman ini juga meningkatkan penetrasi obat topikal pada kulit dan secara potensial bisa mengurangi bakteri.

Pembersih yang digunakan harus 'mild', surfaktan dengan basis non-sabun & deterjen sintetis dengan pH netral sampai rendah

Penggunaan pemutih yang diencerkan (semacam desinfektan)
1/4 sampai 1/2 cc 5% pemutih rumah tangga dituangkan ke (40 galon air) satu bak mandi penuh. Tepat untuk pasien dengan gejala klinis infeksi bakteri sekunder, tapi harus dihindari jika kulit sangat kering dan sakit.

Penggunaan minyak mandi setelah berendam 15-20 menit untuk mempertahankan kelembaban pada kulit.

3. Menjelaskan secara pasti dosis penggunaan salep topikal:
Area kulit seluas telapak tangan termasuk jari setara dengan 1% luas permukaan kulit diseluruh tubuh, membutuhkan sebanyak 0,25 gram sediaan topikal atau setengah ujung jari.

4. Penekanan akan pentingnya pelembab:
Pasien harus menggunakan pelembab segera setelah berendam.

5. Pemilihan penggunaan anti-histamin sedatif untuk jangka pendek atau berselang:
Penggunaan anti-histamin seatif ini hanya untuk menolong pasien yang kehilangan jam tidur akibat gatal, tapi tidak bisa menggantikan fungsi dari selep kulit topikal.

6. Menjelaskan erapi wet-warp untuk pasien DA dengan tingkat keparahan sedang sampai berat:
Pasien berendam di air hangat, gunakan emolien, gunakan 'wet-dressing' dan tutup dengan 'dry-dressing' selama 24 jam.

Pasien akan membutuhkan banyak obat OTC dan obat resep. Baik apoteker maupun teknisi/asisten apoteker harus mampu menjelaskan klasifikasi dari produk-produk sediaan semisolid (krim, gel, salep dan pasta) dan merekomendasikan agen yang lebih bersifat occlusive untuk kulit kering.

Cara paling efektif mengurangi inflamasi kulit yang berkaitan dengan DA adalah dengan menggunakan salep kortikosteroid topikal pada kulit untuk menghambat siklus DA. Inhibitor kalsineurin topikal seperti tacrolimus & pipecuronium mengobati lesi secara efektif terutama disekitar mata. secara umum pasien akan melihat respon dalam 2 minggu. Beberapa dermatologis juga menggunakan salep tacrolimus untuk terapi perawatan. DA dengan tingkat keparahan parah tindak responsif dengan pengobatan ini. Pasien mungkin membutuhkan immunomodulator atau immunosupresan. Antagonis reseptor-alfa interleukin IL-4 disetujui FDA bagi pasien DA dengan tingkat keparahan sedang sampai parah untuk pasien 12 tahun atau lebih. Beberapa pasien merasakan perkembangan dan sepertiganya melaporkan pengobatan yang mencapai target.


Sumber:

https://www.pharmacytimes.com/publications/issue/2020/May2020/atopic-dermatitis-responds-to-strategic-steps-in-therapy

Friday, May 22, 2020

Obat-Obatan dengan Peringatan Keras (High-Alert) Membutuhkan Penanganan Khusus (part-2)

Gw kesambet lagi malem ini, jadi mau nulis seputar farmasi lanjutan dari tulisan yang pertama.

Larutan Oral Methotrexate

Larutan methorexate oral di Amerika Serikat (AS) dimaksudkan untuk penggunaan pediatrik (anak-anak). Obat ini sendiri diindikasikan untuk pasien anal-anak dengan penyakit kanker darah Leukimia Limfoblastik Akut (LLA) sebagai bagian dari regimen kemoterapi. Selain itu juga diinikasikan untuk mengobati penyakit Arthritis Idiopatik Poliartikular yang memiliki respon mencukupi atau intoleran terhadap terapi lini pertama termasuk terhadap agen non-steroidal anti inflamasi (NSAID). Tiap milimeter larutan mengandung 2,5 mg methotrexate. Obat ini sudah beredar dan memiliki izin resmi di Indonesia sejak tahun 2015 (data dari BPOM).

Hal yang menjadi perhatian adalah bahwa pihak yang bertanggung jawab dalam administrasi obat pasien (yang masih anak-anak) di rumah adalah orang tua mereka sendiri menggunakan sendok teh untuk menakar dosis obat tersebut. Sediaan yang diberikan adalah berupa larutan sebanyak 120 mL dalam botol. Pengambilan 1 mL dosis obat dari botol tersebut secara manual menggunakan sendok teh merupakan hal yang menakutkan/beresiko. 

Praktisi kesehatan dalam hal ini apoteker harus memastikan ketika pasien menerima obat, harus disertai dengan alat penakar dosis yang memadai/layak, seperti misalnya suntikan oral yang mengukur dalam satuan metrik, sehingga bisa didapatkan dosis larutan yang akurat. Jika perlu saat konseling, apoteker menggunakan metode teach-back untuk meminta si orang tua pasien menunjukan bagaimana cara mereka mengukur dosis menggunakan suntikan oral tersebut.

Dilihat dari sudut pandang keselamatan pasien, cara terbaik memberikan obat ini kepada pasien adalah dalam bentuk pre-filled syringe/suntikan yang sudah berisi dosis sekali pakai. Namun apoteker di komunitas belum siap untuk hal ini (4 suntikan untuk penggunaan selama 1 bulan atau perminggunya 1 dosis). Hal ini mengingat methotrexate sebagai agen kemoterapi dan tergolong dalam obat indeks terapi sempit yang artinya berbahaya jika dosisnya tidak diberikan secara tepat. Apoteker bertanggung jawab untuk memastikan bagaimana pasien meng-handle sediaan farmasi ini dan informasi-informasi apa saja yang harus disampaikan kepada pasien.


Wednesday, May 20, 2020

Obat-Obatan dengan Peringatan Keras (High-Alert) Membutuhkan Penanganan Khusus

Oke ga tau kesambet apa, malem ini dikala hujan rintik-rintik tiba-tiba gw pengin nulis hal tentang farmasi wkwk. Sesuatu yang jarang saya lakukan bisa dibilang hampir tidak pernah.

Insulin Aspart

Kalian mungkin pernah menggunakan jasa penebusan/pembelian obat dari resep dokter secara online entah melalui aplikasi Halodoc, Good Doctor, K24klik atau yang lainnya. Untungnya, di Indonesia semua obat yang diresepkan oleh dokter tertulis secara detil sesua brandmerk atau nama dagang sehingga apoteker lebih mudah untuk menyiapkan permintaan obat yang tertulis diresep. Waktu masih kuliah gw pernah denger beberapa kali dari dosen kalau di AS dan United Kingdom (UK), dokter dan apoteker duduk bersama berunding mengenai pemilihan obat yang tepat untuk diresepkan ke pasien atau seminimal-minimalnya dokter hanya melakukan diagnosa terkait penyakit dan selebihnya pemilihan obat ditentukan sepenuhnya oleh apoteker.

Nah, di AS ketika dokter mau meresepakan insulin pen yang berisi insulin aspart 100 units/mL untuk pasien diabetes tipe 2 (khususnya melalui aplikasi online), hal ini berpotensi menimbulkan medication error. Kenapa? Sebab di AS sendiri obat dengan zat aktif insulins aspart dijual dengan merk Fiasp® dan NovoLog® yang keduanya diproduksi oleh perusahaan farmasi asal Denmark, Novo Nordisk. Cilakanya, antara kedua merk tersebut memiliki zat tambahan yang berbeda. Fiasp mengandung niacinamide yang mana akan memberikan onset (waktu yang diperlukan obat untuk bereaksi di dalam tubuh manusia) menjadi lebih cepat, sehingga Fiasp bisa diadministrasikan saat makan atau 20 menit selama makan. Sementara NovoLog tidak mengandung niacinamide sehingga membutuhkan waktu onset yang lebih lama untuk bereaksi, sehingga NovoLog harus diadministrasikan 5-10 menit sebelum makan.





Meskipun dokter meresepkan Fiasp, tapi yang akan muncul diaplikasi hanya tertulis insulin aspart dan kemudian apoteker akan mendispensing (menyerahkan obat) NovoLog kepada pasien. Fiasp akan menjadi berbahaya jika diminum 5-10 menit sebelum makan, sebab onsetnya cepat tapi pasien tidak segera makan. Hal ini akan menyebabkan keadaan hipoglikemi (kadar gula darah turun secara ekstrem) yang bisa mengakibatkan keringat dingin, jantung berdebar, tremor, kejang bahkan sampai penurunan kesadaran. Fiasp dan NovoLog tergolong obat yang baru mendapat izin edar dari Food and Drug Administration (FDA) di AS tahun 2018, sedangkan di Indonesia sendiri, baru Fiasp yang mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di tahun 2019.

Oke gitu aja. Thank You!


Sumber :