Sabtu, 4 Mei 2019 gue menyempatkan diri ikut pelatihan menulis yang diselenggarakan d Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia lantai IX. Acara yang berjudul "Abadikan Hidup Dengan Menulis" bersama Tony Rosyid ini digagas oleh Yayasan Berkah Cendekia Asy Syifa. Itung-itung 2 hari sebelum, bulan puasa Ramadhan yang jatuh pada hari Senin, 6 Mei 2019, ya lumayan gue dateng buat isi waktu. Toh juga gue sebenernya cukup seneng nulis, dibuktikan dengan adanya blog ini. Walaupun masih jarang nulisnya kali aja bisa jadi pemicu buat rajin nulis setelah hadir di acara itu.
Selama ini kalau ke Perpusnas gue pake busway karena mikir males macet pake motor, tapi hari itu tiba-tiba gue lagi pengen pake motor. Akhirnya gue berangkat kesana bareng cewek gue naik motor sekalian pengen tahu gampang ga parkir motor di Perpusnas. Ternyata parkir motor nya gampang, tempat luas ada d Basement 1. Sementara Basement 2 buat parkir pengunjung yang bawa mobil. Waktu masuk, petugas akan kasih kartu parkir dan parkir disini tidak dikenakan biaya sama sekali.
Acara dimulai dari pukul 09.00 sampai dengan 12.30. Tapi berhubung malemnya gue abis lembur sampai jam 10 malam di kantor eh di pabrik deng (gue ga punya kantor karena kerjanya di pabrik haha), jadi gue sampai sana agak terlambat. Acara udah mulai sekitar setengah jam yang lalu. Peserta diharapkan bawa laptop tapi sayangnya di ruangan itu cuma sebagian peserta aja yang kebagian meja dan colokan buat laptop. Alhasil beberapa orang termasuk gue ga sempet gelar laptop. Beruntung gue udah jaga-jaga buat bawa note book buat corat-coret.
Tony Rosyid adalah seorang dosen di UIN Jakarta, aktvis dan pengamat politik dan juga penulis. Dia sering menulis artikel-artikel di media terutama seputar isu-isu politik terkini. Sebelumnya gue ga membahas mengenai artikel dia yang viral di media massa karena gue berusaha untuk membebaskan blog ini dari tulisan-tulisan politik. Gue hanya akan membahas seputar filosofi dan tips-tips menulis yang diberikan.
Dia bilang menulis itu sudah seperti candu baginya. Dimanapun dan kapanpun selalu menulis. Dia lebih sering memberikan tulisannya yang bertemakan politik ke media. Sebab menurutnya hal ini lebih aman karena ada kode etik sehinggan tidak mudah untuk dipidanakan. tidak bersedia apabila hanya ada satu media yang memuat tulisannya, meskipun di bayar mahal. Ia ingin tulisannya bisa menjadi milik publik. Melalui menulis juga, dalam waktu dekat ia akan berkeliling Amerika, Eropa karena ada orang yang akan mensponsori perjalanan itu dalam rangka suatu tujuan penulisan. Terus gue mikir, wah kalau kita udah passion pada suatu bidang apapun itu niscaya ada jalan yang tak terduga.
Masuk ke isi materi yang disampaikan, beberapa manfaat menulis adalah:
-untuk mengurangi stres
-menyimpan ide
-mengabadikan peristiwa
-melanggengkan diri
Banyak orang yang sudah tiada di dunia ini namun pemikiran-pemikirannya seolah abadi masih ada hingga detik ini karena mereka menulis buku semasa hidupnya.
Ada beberapa keuntungan 'bicara dengan tulisan' dibandingkan dengan berbicara secara langsung/orasi:
-bisa dimanapun & kapanpun
"penulis adalah manusia yang paling bebas di dunia"
-jangkauan audiensnya luas
-lebih efisien dari sisi waktu
-lebih mudah dikontrol dan dievaluasi
sebuah tulisan bisa dibaca berulang-ulang untuk kemudian dikoreksi bagian mana yang perlu diperbaiki, Berbeda dengan bicara langsung yang terkadang seseorang bisa keceplosan dan
menjadi masalah dikemudian hari.
-mudah disebarkan secara akurat
-relatif lebih mudah menjaga keihklasan
Menulislah seperti orang yang lagi ngobrol, sampaikan sesuatu yang tadinya rumit menjadi sederhana.
Untuk penulis awam, tidak usah banyak memikirkan konten. Banyak membaca untuk memperluas cakrawala. Rajin menulis, berarti harus rajin membaca dan membuka diri. Kecuali untuk menulis buku, artikel jurnal memang dibutuhkan dasar teori yang kuat.
"Penulis sejati tidak hanya ingin menulis, tapi harus menulis"
"I write to live and I live to write"
Beberapa jenis tulisan:
A. Informatif: media
Misal tabrakan antara motor dan mobil. Ada yang menarik disini. Setiap ada kejadian tabrakan antara motor dengan mobil. Pasti semua pengendara motor lain di jalan raya akan berhenti, menolong dan membela si pengendara motor sementara pengemudi mobil akan disalahkan atau bahkan menjadi bulan-bulanan. Namun apabila yang terjadi adalah tabrakan antara mobil dengan mobil, maka hampir dipastikan pengendara lain tidak akan peduli dan tetap memacu kendaraannya. Apa yang melatar belakangin hal ini? Ketimpangan sosial. Ya hal ini bisa terjadi akibat ketimpangan sosial antara pengendara motor dan pengemudi mobil. Ketimpangan sosial akan melahirkan kecemburuan sosial dan pada akhirnya timbul kemarahan sosial.
Dalam menulis suatu tulisan, ambilah 1 angle (sudut pandang) Tulisan perlu proses untuk 'menjadi mahal'.
B. Provokatif
Contohnya Nietze menulis; Tuhan telah mati.
Sebagai muslim Pak Tony memiliki latar belakang NU tapi pernah suat saat dia tidak cocok dengan sekelompok orang dan ia berkelakar 'lebih baik saya murtad tapi masuk surga, daripada saya tidak murtad tapi masuk neraka' haha.
C, Menyejukan
Contohnya Prof. Dididn Khafifudin, Nazarudin Umar.
D. Mencerdaskan
|
Suasana saat pelathan menulis |
Dewasa ini, banyak hal sedikit-sedikit dikaitkan dengan UU ITE, hoax dll. Sebanyak apapun fakta yang kita sampaikan dalam tulisan, jika memang ada yang tidak suka, tulisan itu tetap akan dibilang hoax. Sehingga kita perlu berhati-hati dengan cara:
-jangan memaki-maki, menuduh personal
-jangan menulis fakta kalau memang tidak punya fakta
-jangan sebut nama, tapi sebutkanlah ciri-ciri yang tidak terlalu spesifik
-jika ingin menyampaikan sesuatu yang sedang hangat atau ramai diperbincangkan dimasyarakat, tulislah dengan kata-kata 'kabarnya', 'rumornya', 'perlu diklarifikasi'. Untuk yang satu ini artinya kita tidak sedang menuduh atau menyebarkan berita hoax. Kita hanya ingin menyampakan bahwa 'ini lho orang-orang lagi pada ngomongon ini'
Setiap penulis pasti pernah mengalami 'deadlock'. Kalau sudah begini, tinggalin dulu aktivitas tulis-menulis karen percuma juga sudah stuck masih dipaksakan.
"Ingat 3M: Menulis, Menulis & Menulis"
Untuk menjadi penulis yang baik, tulislah tulisan pada tema yang anda kuasai. Fokus saja disitu. Boleh menulis tema lain, tapi itu hanya sebagai selingan.
Tema apa yang anda lebih tertarik? Tulislah itu
Tulislah secara lebih spesfik. Misal anda menulis mengenai ekonomi. Apakah kemudian ekonomi makro atau ekonomi mikro.
Apa yang membedakan 'penulis serius' dengan 'penulis yang tidak serius' ? Analisisinya...
Dalam memberikan analisis, seorang penulis harus menyampaikan pendapatnya sendiri secara orisinil.
Tips dalam memberikan judul pada tulisan. Sebuah tulisan harus diberi judul. Berikut tips-tipsnya:
-simple
Judul yang 'ribet' lebih cocok untuk novel
-mudah dimengerti
-menimbulkan rasa ingin tau (tidak normatif, tidak linear)
-tidak pejoratif (menghina)
Outline (Gars Besar):
-dalam kerangka tema
-sistematis, misalnya :pembentukan suatu organisasi dari awal menjadi besar kemudian menjadi kecil lagi
obat berbahaya untuk penyakit a,b,c kemudian solusinya
-representatif (dari tema secara umum)
Oke itu kurang lebih isi materi pelatihan menulis yang disampaikan oleh Tony Rosyid. Selanjutnya ada lagi yang menarik. Ditengah-tengah penyampaian materi, peserta diberikan waktu sekitar 10 menit untuk bebas menulis apa saja dan dipersilahkan membacanya. Gue memberanikan diri untuk membaca tulisan singkat gue mengenai pengalaman horor gue menginap di Museum Bahari Jakarta. Tidak disangka, tema horor yang gue sajikan berhasil menarik perhati peserta-peserta lain. Pak Tony mengomentari setiap tulisan yang baru dibaca. Untuk tulisan gue, dia bilang judul yang tepat adalah 'Demit penunggu museum'.
Bahkan Pak Tony Rosyid pun kemudan bercerita mengenai pengalaman horor yang pernah dialaminya. Ceritanya mengenai Ratu Laut Selatan Nyi Roro Kidul. Dia bilang saat mengalami kejadian itu, dia tidak percaya dengan adanya sosok Nyi Roro Kidul. Tapi suatu waktu dia sedang tidur beralaskan karpet di rumahnya. Tiba-tiba, dia ingin terbangun tapi matanya terpejam terus tidak bisa dibuka. Dia merasa seperti dibawa ketengah lautan luas, terombang-ambing disana dan perlahan turun ke dasar lautnya. Di bawah sana dia melihat sesosok ratu yang membelakanginya dan bertanya, 'kamu mau apa? kamu mau apa?'. Dalam kondisi ketakutan, Pak Tony pun menjawab, 'Ga, saya ga mau apa-apa. Saya ga mau apa-apa'. Perlahan dia pun merasa kembali terombang-ambing dari dasar lautan menuju ke permukaan laut dan akhirnya bisa membuka matanya lagi. Ia mengatakan hal yang dia takuti pada saat itu adalah takutnya dia ga bisa balik lagi karena ga bisa buka matanya waktu tidur. Ternyata, usut punya usut, Tony Rosyid ini memang mempunyai latar belakang pesantren. Kalau ga salah pesantrennya di Sarang, Rembang, milik K.H Maimun Zubair. Pantas dia pernah punya pengalaman 'mistis' yang langka kayak tadi. Beliau juga menulis beberapa novel yang diterbitkan oleh Gramedia berjudul Santri di Persimpangan: Gejolak Hati Anak Pesantren, Anak Halilintar: Menguak Hitam Putihnya di Pondok Pesantren.
Di akhir acara, penyelenggara dari Yayasan Cendekia Asy-Syifa mengumumkan kepada peserta bahwa mereka akan meluncurkan sebuah kegiatan yang namanya 'Gerakan Bangun 1000 TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) untuk pemulung dan dhuafa'. Panitia membagikan kaleng celengan yang bisa dibawa pulang untuk nantinya bisa diisikan uang donasi untuk kegiatan tersebut. Di bawah kaleng ada alamat dan nomor telepon Yayasan. Peserta diminta menhubungi nomor tersebut apabila ingin memberikan donasi dan panitia akan mengambil kaleng tersebut melalui jasa kirim menggunakan ojek online.
|
Kaleng celengan buat donasi Gerakan Bangun 1000 TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) |
Oke itu pengalaman gue ikut pelatihan menulis langsung bersama dengan seorang penulis hebat. Terma kasih. Semoga bermanfaat,