Ok selanjutnya gue
akan langsung nulis tulisan kedua di hari yang sama ini mumpung mood dan waktu
menulis ini lagi bagus haha. Sebenernya tulisan ini mau gue tulis sekitar
pertengahan Juli lalu ga lama setelah Final Piala Dunia 2018 antara Perancis vs
Kroasia. Ada yang tau kenapa? Ya, betul karena salah satu finalisnya adalah
Kroasia, salah satu negara di Kawasan Balkan eropa Tenggara ex-Yugoslavia.
Tulisan ini mencoba mengulas dari sisi pandang antropologi (meskipun gue bukan
antropolog), sosial budaya dan mengambil pelajaran-pelajaran penting dari hal
tersebut.
Well, Ok kita mulai. Kroasia pada edisi
Piala Dunia di Rusia tahun ini berhasil mencatatkan sejarah menjadi finalis
untuk pertama kalinya. Bahkan melebihi prestasi Golden Ageera Slaven Bilic pendahulu mereka yang berhasil merebut
tempat ketiga pada Piala Dunia tahun 1998 di Perancis. Bisa dikatakan, Kroasia
merupakan negara pecahan Yugoslavia tersukses kiprahnya dalam Piala Dunia.
Namun sayang, mereka harus tunduk dari Perancis di pertandingan final itu
dengan skor 4-2.Kroasiasendiri tanpa Slovenia, Serbia, Montenegro, Kosovo,
Bosnia-Herzegovina dan Makedonia (negara-negara pecahan Yugoslavia lain), sudah
memiliki banyak pemain-pemain hebat yang bermain di liga-liga utama Eropa,
seperti Luca Modric (Madrid), Mario Mandzukic (Juventus) dan lain-lain. Bisa
dibayangkan gimana kalo Yugoslavia masih berdiri, pasti mereka bakalan punya
timnas yang lebih kuat berisi materi-materi pemain yang hebat-hebat.
Gue coba kutip dari berbagai sumber, kalo
seandainya timnas Yugoslavia masih ada, mungkin Starting Eleven pemain-pemainnya seperti ini*:
1. Jan
Oblak (Slovenia, Kiper,Atletico Madrid).
2. Dejan
Lovren (Kroasia, Bek, Liverpool)
3. Stefan
Savic (Montenegro, Bek, Atletico Madrid)
4. Aleksander
Kolarov (Serbia, Bek, AS Roma)
5. Sime
Vrsaljko (Kroasia, Bek, Inter Milan)
6. Luca
Modric (Kroasia, Gelandang, Real Madrid)
7. Ivan
Rakitic (Kroasia, Gelandang, Barcelona)
8. Ivan
Perisic (Kroasia, Gelandang, Inter Milan)
9. Miralem
Pjanic (Bosnia-Herz, Gelandang, Juventus)
10. Duvan
Tadic (Serbia, Penyerang, Ajax Amsterdam)
11. Edin
Dzeko (Bosnia, Penyerang, AS Rom
*klub
saat bulan Agustus 2018
Bisa dilihat nama-nama itu adalah nama-nama yang diperhitungkan dikancah sepak bola Eropa saat ini. Masih ada nama lain kayak Nemanja Matic (Serbia, Bek, Manchester United). Belum lagi dulu ada nama kayak Nemanja Vidic (Serbia).
Yugoslavia (1918-2006) dulunya adalah
negara multietnis dan multiagama terletak di Kawasan Balkan Tenggara Eropa yang
bisa dibilang kawasan tersebut merupakan persilangan budaya berbagai bahasa,
etnis Slavic dan juga tempat pertemuan agama-agama besar dunia seperti Islam, Katolik
Ortodoks dan Katolik Roma. Sesuai dengan namanya, etnis dan bahasa yang ada di
yugoslavia secara garis besar adalah Serbia, Kroasia, Montenegrin
(Serbo-Kroasia, varian bahasa Serbia), Slovenia, Bosnia dan Makedonia.
Kira-kira kalo dibuat tabel akan seperti ini:
Negara
|
Jumlah Penduduk ±
|
Etnis
|
Serbia
|
7 Juta
|
Serbia 83,3%; Bosnia 2%; Kroasia
0,8%
|
Kroasia
|
4 juta
|
Kroasia 90,4%; Serbia 4,4%
|
Slovenia
|
2 juta
|
Slovenia 83,06%; Serbia 1,98%;
Kroasia 1,81%; Bosnia 1,1%
|
Bosnia &
Herzegovina
|
3,8 juta
|
Bosnia 50,11%; Serbia 30,78%;
Kroasia 15,43%
|
Montenegro
|
640 ribu
|
Montenegrin 45%; Serbia 28,7%;
Bosnia 8,6%; Albania 4,9% Kroasia 1%; Makedonia 0,2%; Slovenia 0,1%.
|
Makedonia
|
2 juta
|
Makedonia 64,18%; Albania 25.17%;
Turks 3,85%; Serbia 1,78; Bosnia 0.84%
|
Kosovo
|
1,9 juta
|
Albania 92%; Serbia 4%; Bosnia 2%
|
Tabel
persebaran etnis di negara ex-Yugoslavia. Sumber: Wikipedia.
Sementara
untuk persebaran agamanya, tabelnya kurang lebih seperti ini:
Negara
|
Mayoritas Agama
|
Serbia
|
Katolik Ortodoks 84,5%; Katolik
Roma 6%; Islam 3%.
|
Kroasia
|
Katolik Roma 86,28%; Ortodoks
4,44%; Islam 1,47%.
|
Slovenia
|
Katolik Roma 57,8%; Islam 2,4%;
Ortodoks 2,3%.
|
Bosnia &
Herzegovina
|
Islam 51%; Ortodoks 31%, Katolik
15%.
|
Montenegro
|
Katolik Ortodoks 72,1% ; Islam
19%; Katolik Roma 3.4%.
|
Makedonia
|
Kristen Ortodoks 64,8%; Islam
33,3%.
|
Kosovo
|
Islam 95,6%; Ortodoks 5%; Katolik
3,69%.
|
Tabel
persebaran agama di negara ex-Yugoslavia. Sumber: Wikipedia.
Yugoslavia dikatakan pecah akibatadanya gesekankarena perbedaan antar etnis dan agama seperti di atas. Sehingga proses pecahnya Yugoslavia sering disebut sebagai Balkanisasi (merujuk dari wilayah Balkan). Masing-masing negara dianggap merepresentasikan etnis dan agama tertentu, misalnya Serbia dianggap Ortodoks, Kroasia dan Slovenia Katolik dan Bosnia Islam. Tapi kalo kita lihat dari presentase etnis dan agama dari tabel di atas, artinya, tidak mutlak Serbia itu ortodoks, dst. Malah kalo kita lihat Bosnia, etnis Bosnia dan Islamnya cuma setengah lebih dikit, sisanya ada etnis Serbia dan Kroasia serta agama Ortodoks dan Katolik. Bosnia juga masih terbagi jadi 2 entitas besar: Bosnia (mayoritas etnis Bosnia), Republiks Sprska (Mayoritas etnis Serbia). Di Serbia, ada mayoritas Katolik di Vojdovina. Begitu juga Montenegro dan Makedonia penduduknya dari beragam etnis dan agama. Di Montnegro malah tidak ada satu etnis pun yang presentasi nya mencapai mayoritas 50% lebih. Kosovo agak sedikit berbeda diantara yang lainnya, ia dihuni oleh mayoritas etnis Albania yang selama ini tinggal di wilayah Serbia.
Kesimpulan apa yang bisa kita tark dari sejarah di atas? Menurut hemat penulis, Yugoslavia pecah tidak murni atau tidak mutlak karena perbedaan etnis, bahasa dan agama seperti yang selama ini di yakini oleh kebanyakan orang, karena faktanya masing-masing negara tidak ada yang secara mutlak merepresentasikan etnis atau agama tertentu. Di setiap negara bekas pecahan Yugoslavia tetap masih ditemukan berbagai etnis dan agama. Bukan tidak mungkin Yugoslavia pecah melainkan karena adanya adu domba dari pihak lain dengan menfaatkan celah-celah potensi gesekan dari kemajemukan disana.
Kemudian pelajaran apa yang bisa kita petik dari hal tersebut? Negara kita Indonesia, juga terdiri dari berbagai etnis yang bahkan jumlahnya jauh lebih banyak dari Yugoslavia dan juga terdiri dari berbagai agama. Jadi, jangan sampai terjadi balkanisasi untuk memecah belah Indonesia terjadi di wilayah Nusantara ini. Keragaman penduduk seharusnya menjadi kekuatan bagi sebuah bangsa seperti Indonesia ini. Lihat lagi pengandaianList Starting Elevenpemain-pemain di atas andai Yugoslavia masih berdiri sampai detik ini, mereka akan memiliki Timnas Sepak Bola yang cukup kuat dan bukan tidak mungkin bisa menjuarai Piala Dunia jika mereka masih bersatu.