Thursday, February 8, 2018

Arti Penting Bela Negara

           
            Hampir sebulan lalu gue ngikutin outbond dari kantor yang bertemakan pelatihan bela negara di Rindam III Siliwangi Lembang Jawa Barat. Ada beberapa hal yang menurut gue menarik untuk dituangkan di atas tulisan ini. Sebenernya udah pengen nulis dari abis balik pelatihan itu tapi yang tersulit dalam melaukan sesuatu bagi gue adalah ngumpulin niatnya itu sendiri dibanding ngerjainnya haha. Jadi baru sempet nulis sekarang.
            Mungkin ada sebagian orang yang dalam benaknya ada pertanyaan, zaman sekarang dimana penjajahan secara fisik dan perang udah ga ada, perlukah setiap insan warga negara Indonesia memaknai arti penting bela negara dalam kehidupan sehari-hari? Jawabannya adalah sangat perlu karena kita lahir, besar dan hidup di Indonesia, inilah tanah air kita. Berdasarkan penjelasan dari tentara yang ngasih materi waktu itu, ancaman selalu ada. Sekarang-sekarang ini banyak ancaman-ancaman dari luar dalam berbagai bentuk yang ingin memecah belah negara Indonesia. Mulai dari terorisme, gerakan separatis sampai ancaman yang bersifat tidak kasat mata seperti yang sering disebut oleh Jenderal Gatot, yaitu proxy war.
Memang secara kultural, bangsa Indonesia memiliki jiwa patriotisme bawaan yang tinggi sejak lahir. Hal ini dibuktikan dengan adanya tarian-tarian perang dan senjata tradisional yang dimiliki setiap daerah di Nusantara. Bukti-bukti ini memang akan membuat negara lain berpikir seribu kali jika ingin menginvasi militer Indonesia secara langsung. Seluruh rakyat akan berjuang sampai titik darah penghabisan. Akan tetapi ada cara lain lebih halus yang dilakukan oleh pihak-pihak lain yang ingin negara ini hancur, cara halus itu adalah proxy war. Proxy war ini misalnya dengan menginfiltrasi budaya-budaya asing sehingga generasi muda lebih mencintai budaya lain dibanding budayanya sendiri yang lama kelamaan membuat generasi muda tidak mencintai tanah airnya. Juga adu domba antar berbagai elemen bangsa. Mungkin statement tadi terdengar klise tapi akan saya sampaikan materinya lebih lanjut.
Banyak yang berpikir nasionalisme seperti yang gue sebut di atas makin kesini semakin ‘usang’. ‘Negara-negara maju juga semakin borderless di era globalisasi ini’. Jangan salah. Kita ambil contoh Swis. Negara Swis dikenal sebagai ‘negara yang tidak mempunyai tentara’. Kenyataannya Swis masih memiliki tentara! Memang jumlah tentara aktif hanya sekitar 3000 orang, tapi di Swis diberlakukan wajib militer bagi semua penduduknya, dengan kata lain semua penduduk swis yang berjumlah 8 juta orang lebih (sensus 2016) adalah tentara! Si pemateri menjelaskan lebih lanjut sebagai contoh, missal sebuah perusahaan di Swis, jajaran direksinya memiliki pangkat jenderal. Demikian selanjutnya sampai jabatan atau posisi paling bawah diperusahaan, pegawainya memiliki pangkat militer. Penduduk Swis menyimpan senjata-senjata militer dilemari-lemari rumah mereka. Itulah salah satu alasan kenapa selama ini walaupun Swis dikenal sebagai ‘negara tanpa tentara’ tapi negara sebesar Jerman dan negara-negara lain disekitarnya ‘tidak berani’ mengusik Swis.
Ada tiga kategori komponen pertahanan di dalam sebuah negara yaitu komponen utama (TNI AD, AL, AU), komponen cadangan (polisi/brimob, satpol PP, satpam, hansip, organisasi bela diri dsb; termasuk juga misalnya apabila dalam keadaan genting, gedung-gedung perkantoran bisa dijadikan tempat untuk markas tentara seperti menempatkan rudal-rudalnya di kaca-kaca gedung atau jalan raya yang bisa digunakan untuk tempat mendarat pesawat militer dsb, ), dan komponen pendukung. Penduduk sipil yang melakukan bela negara salah satunya dengan wajib militer tersebut dikategorikan ke dalam komponen pendukung. Sejauh ini di Indonesia baru ada payung hukum komponen utama, sementara komponen cadangan* dan pendukung masih belum ada payung hukumnya. *lupa-lupa ingat yg cadangan
Indonesia pada tahun 2017 menurut data dari Global Firepower Index peringkat militernya berada di ranking 14 dunia, sementara setahun sebelumnya tahun 2016 berada di rangking 12. Sekilas angka-angka itu cuma kayak rangking-rangkingan biasa aja, tapi kalo ga salah inget tahun 1998 rangking militer Indonesia berada di peringkat 23. Apa yang terjadi pada tahun tersebut? Ya, Timor Timur yang sekarang dikenal sebagai Timor Leste, lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi. Ternyata peringkat angka-angka itu punya efek tersendiri. Indonesia diserang dari berbagai arah dengan dalih HAM dan kebebasan menentukan nasib sendiri. Padahal ada alasan lain dibalik semua gembar-gembor dari negara lain yaitu, penguasaan celah Timor yang banyak mengandung kandungan minyak.
Saat ini perang banyak terjadi di negara-negara di kawasan Timur Tengah. Salah satu analisis mengatakan bahwa alasan berkecamuknya perang di Timur Tengah adalah sumber energi yang ada sekarang banyak ditemukan disana sehingga jadi rebutan banyak negara-negara lain. Prediksi cadangan minyak dunia akan habis sekitar tahun 2050 mendatang dan kemudian perebutan sumber energi tersebut akan berpindah ke negara yang berada di kawasan tropis khatulistiwa, salah satunya Indonesia. Bukan tidak mungkin negara-negara tropis di kawasan khatulistiwa tersebut akan menjadi rebutan negara-negara lain.
Jadi itu salah satu materi yang gue dapet dari pelatihan bela negara untuk penduduk sipil. Ya memang pelatihan ini Cuma 2 hari dan ga seberat diklat atau latihan dasar militer (latsarmil), tapi lumayan lah bisa ngasih wawasan baru yang penting. Semoga bemanfaat…

No comments:

Post a Comment