Monday, September 25, 2017

Yogyakarta, Kota yang Istimewa


Halo, setelah beberapa bulan yang lalu ga nulis karena sibuk, saya mau nulis lagi. Beberapa ujian penting dalam rangka meraih gelar Apoteker dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada sudah dilalui. Mulai dari ujian OSCE (ujian praktikum dan meracik obat sampai konseling ke pasien), kompre (ujian lisan dengan dosen dan praktisi dari apotek dan industri) dan terutamanya UKAI (Uji Konpetensi Apoteker Indonesia, bisa dibilang kayak UN CBT buat jadi apoteker). Ada nilai minimal yang harus dicapai agar seorang sarjana farmasi yang telah menempuh pendidikan profesi apoteker berhak mengucap sumpah untuk mengemban tugas mulia dan teregistrasi secara legal sebagai apoteker. Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus dan seminggu lagi akan menjalani wisudan dan sumpahan sebagai apoteker.

Well, ga terasa selama kurang lebih 5 tahun ini saya menmpuh pendidikan S1 (4 tahun) dan profesi (1 tahun) di FA UGM, di kota yang indah ini, yaitu Yogyakarta. Saya sangat bersyukur bisa kuliah di kota Jogja. Ya sebuah kota yang, penduduknya ramah, kota yang punya segudang tempat wisata baik wisata budaya maupun wisata alam, kota yang tidak begitu sepi tapi juga tidak begitu ramai sehingga suasananya pas dan sangat mendukung bagi mahasiswa untuk belajar. Ga pernah merasa kayak dikejar-kejar waktu atau terburu-buru selama kuliah disini. Jalan raya yang ga macet (kalaupun macet hanya pada saat waktu-waktu tertentu misal longweekend, SNMPTN, karena banyak orang luar yang dateng kesini, selebihnya jogja ga pernah macet dan kemana-ana pun terasa dekat haha), mau kemana-mana selama masih di dalam kota terasa dekat. Kota yang juga ramah bagi kantong mahasiswa karena biaya hidup disini sengat terjangkau bagi mahasiswa. Suatu hal yang baru saya rasakan setelah saya menjalani kuliah di jogja.

Diakhir-akhir waktu menjelang selesainya masa kuliah disini, saya semacam mengulang kembali kegiatan-kegiatan yang sering saya lakukan dulu (seakan saya masih ingin merasakan saat-saat itu dan ga mau pergi dari tempat ini) atau sekedar berkeliling kota mengambil foto sederhana dari kamera handphone mendokumentasikan beberapa tempat di kota ini. Baik tempat wisata yang pernah atau belum sempat saya kunjungin ataupun hanya tempat-tempat sederhana namun meninggalkan kesan yang medalam mengenai kota ini khususnya bagi kehidupan mahasiswa yang sederhana seperti saya. Baiklah, ini dia...
*Sebagian foto-foto di bawah ada juga yang emang udah saya foto dari dulu. 


Tulisan Universitas Gadjah Mada di pintu utama menuju Grha Sabha Pramana yang nampak dari kejauhan (tengah).


Jalan menuju GSP saat kota Jogja diselimuti debu akibat letusan gunung Kelud tahun 2013.

Sisi barat jalan di sebelah GSP pagi hari juga pada saat diselimuti debu  letusan gunung Kelud tahun 2013.




Jalan Kaliurang saat letusan abu gunung Kelud.


Lampu-lampu di GSP saat malam hari. Banyak orang yang  jogging kalau pagi hari, saya juga sering lari pagi disini.

Menara mesjid kampus UGM di malam hari dari kejauhan.






Tugu Yogyakarta, landmark kota Yogyakarta. Jika dilihat di peta, terletak pada satu garis lurus dari merapi di utara dan keraton di selatan. Berhubung saya ambil gambar ini pada saat longweekend ,jadi nampak papan pengalihan arus lalu lintas  untuk mencegah kemacetan seperti di atas.

 
Candi Sambisari, berlokasi di Kab. Sleman.

Gumuk Pasir, Parangtritis Kab. Bantul serasa di padang pasir timur tengah.

Lupa pantai apa namanya tapi deket Gumuk Pasir tadi.

Gunung api purba nglanggeran. Cocok untuk pendaki pemula yang mau mendaki gunung.


Embung nglanggeran, Kab. Gunung Kidul. Belum jauh banget dari kota Jogja.


Air terjun Lepo, Dlingo Kab. Bantul. Dulu dateng kesini pas lagi longweekend di tengah-tengah masih praktek kerja di Jakarta. Kaget banget dulu lama di Jogja begitu balik Jakarta ketemu macet dsb, jadi kesini deh buat melepas penat.

View dari Watu Lawang, Dlingo.
Gunung Merapi diambil gambarnya dari atas Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah. Selama kuliah setidaknya pernah merasakan namanya naik gunung walaupun ga banyak.


Candi Borobudur. Candi ini terletak di Magelang yang berlokasi tidak jauh dari Yogyakarta. Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia namun candi budha terbesar di dunia juga ada di Indonesia. Ini artinya umat Islam di Indonesia sudah sangat toleran karena peninggalan-peninggalan di masa lalu tetap terjaga sampai sekarang.


Kota Yogyakarta di kejauhan dan jalan Wonosari pada malam hari dilihat dari Bukit Bintang, perbatasan Kab. Gunung Kidul dan Kab. Bantul.

Situs Warung Boto yang pada saat itu belum lama baru dipugar, lokasi di Kota Jogja.

Festival Kesenian Yogyakarta tahun 2014 di Taman Budaya Yogyakarta.



Wayang, salah satu bentuk akulturasi antara Islam dan Budaya Jawa. Bersumber dari Babad Demak dan Babad Tanah Jawi, mengisahkan perjuangan para wali dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Tokoh-tokoh dalam pewayangan tersebut antara lain Sunan Kudus, Iman, Sunan Kalijaga, Sunan Drajad, Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Gunungan. Lokasi di Museum Sonobudoyo, Kota Yogyakarta.



Perpustakaan Grhatama Pustaka, merupakan perpustakaan terbesar di Asia Tenggara. Koleksi bukunya juga lengkap. Saya pernah mencari buku karangan HOS Cokroaminoto yang tidak saya temukan di toko-toko buku, berjudul Islam dan Sosialisme ada disini namin sayang saat itu ruangan tempat buku tersebut berada sedang di renovasi dan baru akan dibuka kembali pada akhir tahun 2016 dan saya belum sempat kesana lagi untuk membaca buku itu.



Jalan Abu Bakar Ali dan Kali Code pada pagi hari dari atas kereta saat baru tiba di Jogja.



Pantai pasir putih Sadranan di Kab. Gunung Kidul.

Sunset di pantai Sadranan.

Suasana kajian bersama Habib Sayyidi Musthafa Baraqbah, di Mesjid Manhajul Hidayah, Samirono.



Suasana kajian rutin di mesjid Jenderal Soedirman.

Tampak depan mesjid Manhajul Hidayah

Halaman depan Mesjid Jenderal Sodirman, kompleks Colombo






Di dua mesjid inilah saya sering 'menenangkan diri' disebabkan IPK saya belum sampai 3 pada saat itu sementara saya juga harus menyelesaikan penelitian untuk skripsi. Suatu hal yang cukup membuat stres karena melihat teman-teman di kampus IPK nya banyak yang di atas 3,5 dan banyak yang sudah selesai skripsinya. 

Di dua mesjid ini juga lah saya 'menenangkan diri' dengan mengikuti kajian-kajian rutin agama Islam setiap Senin, Selasa dan Jum'at ba'da maghrib. Dan entah bagaimana khususnya kajian setiap senin di manhajul hidayah pada saat saya berada dalam suasana tertekan itu membahas mengenai kitab tasawuf Al-Hikam karya Ibnu Athaillah, tentang bagaimana kita bisa mengolah batin, supaya bisa tenang dan ikhlas dalam berusaha & menerima ketentuan-Nya. Alhamdulillah semua terlewati saya lulus dengan IPK di atas 3 dan tepat waktu dalam 4 tahun. 

Dari pengalaman saya selama mengikuti kajian setiap 3 hari dalam seminggu itu, saya baru menyadari ternyata hal-hal seperti ini baru saya temui di Jogja. Dimana kajian diadakan selepas maghrib pada hari-hari kerja biasa antara senin sampai jum'at. Mungkin dikarenakan disini lingkungannya sebagian besar mahasiswa sehingga waktunya tidak sesibuk orang kerja kantoran di Jakarta dan juga di Jogja seperti yang saya sebutkan di awal tadi, tidak pernah mengenal kata macet dan kata terburu-buru. Sungguh indah rasa nya tinggal di kota ini.

Terima kasih saya ucapkan kepada teman saya pada saat KKN di Bedugul Bali bernama Shoffan Reyhan yang memperkenalkan saya kepada dua mesjid ini sepulang dari KKN, dimana saya bisa mengisi waktu luang saya dengan hal-hal positif dengan cara menimba ilmu agama di Jogja dan menikmati nikmatnya belajar agama pertama kalinya dalam hidup saya.



Mesjid Mlangi, Sleman. Salah satu dari empat mesjid pathok yang ada di DIY. Disini sholat jum'at dimulai pukul setengah 1 siang karena mengikuti sunnah Rasulullah. Berdasarkan kajian yang saya pernah ikuti, dulu Rasulullah ketika sholat jum'at sedikit menunggu lewat dari jam 12 siang hingga panas matahari tidak saat terik-teriknya.


Pesantren Krapyak. Pesantren yang sangat berpengaruh di Yogyakarta. Meskipun Provinsi DIY merupakan kota asal lahirnya Muhammadiyah namun terdapat pesantren NU yang besar disini.
 
 
Jalan Malioboro. Semakin malam terutama pada akhir pekan, jalan ini semakin ramai.

Istana Negara di Yogyakarta, tempat pusat pemerintahan pada saat Ibu Kota dipindahkan dari Jakarta akibat Agresi Militer Belanda I tahun 1946

Bangunan gedung tua BNI di KM 0 Jogja.
Lumpia enak dan banyak pembelinya di salah satu sudut jalan Malioboro. Berbeda dengan lumpia Semarang, lumpia disini tidak pakai rebung dan pake semacam sambal dari bawang putih.




Benteng Vredeburg yang terletak juga di KM 0. Berisi benda-benda sejarah dan diorama-diorama perjuangan sebelum dan sesudah kemerdekaan.


Mesjid Gedhe Kauman berada dekat dengan alun-alun utara dan Kraton Yogyakarta.

Di mesjid Gedhe Kraton, saya sempat menyaksikan seorang teman saya mengucapkan syahadat untuk memeluk Islam.





Beberapa foto sudut kota Jogja yang diambil dari parkiran Abu Bakar Ali.


Stasiun Tugu Yogyakarta. Sebagai mahasiswa, kereta api adalah moda transportasi yang paling bersahabat dan paling sering saya gunakan untuk menuju ke kota ini.


Warung 'Burjo', bubur kacang ijo tapi ga cuma jual kacang ijo (malah kadang ga jual kacang ijo) tp juga juga jual nasi dan lauk. Burjo teman setia mahasiswa hingga larut malam, buka 24 jam. Kalo udah kemaleman dan belum makan, tempat ini bisa jadi solusi.
 
 

Salah satu hal yang juga menjadi ciri khas kota ini adalah angkringan yang banyak tersebar dipenjuru kota Jogja dengan harga sangat terjangkau. Sering juga malem-malem kesini kadang cuma buat beli jahe biar anget.

Banyak juga penjual bubur ketan hitam dan kacang ijo di malam hari. Jajanan murah meriah semangkuk cuma 5 ribu dan sehat apalagi buat mahasiswa perantauan yang kadang makannya kurang memperhatikan gizi kayak saya ini haha. *penapakan bidadari lagi beli bubur
Malam-malam menikmati semangkuk bubur ketan-hitam & kacang hijau hangat, rasanya syahduuu...

Ya. Jadi itu lah beberapa foto selama saya di Jogja. Masih ada banyak tempat di Jogja yang ga saya ceritain di tulisan ini karena dulu ga ambil foto waktu disana. Baru belakangan ini maksain diri buat dokumentasiin foto untuk momen-momen tertentu. Ini aja udah ngumpuin niat hampir seminggu buat nulis, setelah seminggu sebelumnya tertunda terus lagi-lagi karena alasan belum ambil foto tempat-tempatnya. Dan akhirnya barusan menghabiskan waktu berjam-jam depan laptop di malam hari ini untuk menuangkan sedikit kata dan cerita tentang pengalamanku selama di Jogja sebelum minggu depan saya bener-bener harus meninggalkan kota ini buat balik ke rumah. Mungkin juga tulisan atau foto-foto yang ada disini bakalan saya liat nanti kalo sewaktu-waktu saya kangen Jogja. Ya semoga juga ada beberapa informasi menarik dan bermanfaat buat kalian yang siapa tau baca tulisan saya.

Oke,saya akan tutup tulisan kali ini dengan kutipan dari dua tokoh di bawah ini:



Jogja memang Istimewa...
Semoga bisa selalu kembali ke kota ini, entah untuk sekedar berwisata atau mungkin untuk menetap dan tinggal disini...
Aamiin...