Tuesday, June 13, 2017

Transportasi Umum

          Kali ini gua mau nulis seputar pengalaman selama hampir 2 bulan terakhir pake kendaraan umum di Jakarta setelah sekian lama merantau ke kota lain. Dalam rangka menyelesaikan studi untuk menjadi seorang Apoteker lulusan Farmasi Universitas Gadjah Mada, setiap mahasiswa di wajibkan mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang mana salah satunya ditempatkan di industri farmasi. Well tapi gua ga bakal banyak cerita tentang itu disni, yang mau gua tulis adalah pengalaman menggunakan transportasi publik untuk menuju tempat PKPA itu di daerah Simatupang Jakarta Selatan, daerah yang terkenal macet karena disitu isinya perkantoran semua.
Macet di sekitar Jalan Tanjung Barat Raya
          Awalnya gua berangkat kesana dari rumah di Klender Jakarta Timur naik motor, jaraknya sekitar 23 kilo. Berangkat dari rumaj jam 5.30 sampai di kantor sekitar jam 7.00 bahkan kadang lebih jam 7.30, edan! Selama kurang lebih 2 minggu gua berjibaku sama macet tiap berangkat dan pulang. Belum lagi sekarang dimana-mana lagi gencar-gencarnya pembangunan, bikin jalan tol misalnya kayak di kalimalang. Ngga banget deh pokoknya. Akhirnya karena merasa kecapean di jalan. Gua putuskan untuk berangkat naik kereta commuter line. Gua beli kartu multi trip (KMT). Jadi kereta commuter line itu sistem pembayarannya tergantung jarak per kilometer yang kita tempuh, penumpang akan diberikan kartu Tiket Harian Berbayar (THB) pada saat pembayaran di loket untuk nantinya di tap in dipintu masuk stasiun dan tap out dipintu keluar stasiun tujuan. Dimana per 25 kilometer pertama akan dikenakan tarif sebesar 3 ribu rupiah dan setiap 10 kilometer berikutnya akan dikenakan tariff seribu rupiah. Dengan adanya KMT ini, penumpang ga perlu bolak-balik bayar di loket tiap mau naik commuter line, tapi otomatis akan motong saldo yang ada di KMT tersebut. Penumpang bisa top up saldo berapapun yang diinginkan dan minimal saldo terakhir saat melakukan tap out sebesar 13 ribu, kalo kurang dari itu akan dikenakan suplisi sebesar 50 ribu. Tapi pada akhirnya gua beralih menggunakan kartu serba guna e-money, yang bisa dipakai buat bayar kereta dalam kota, busway, belanja di indomaret, bayar toll, bayar parker, dll. Pemerintah emang lagi menggalakan pembayaran non tunai ini, katanya sih salah satu keuntungannya itu buat menekan inflasi karena jumlah uang yang beredar akan berkurang.
Kartu e-money
           Selanjutnya setiap pagi  gua berangkat dari stasiun klender baru, pertama-tama naik commuter line ke arah Jakarta Kota. Commuter line ini sistemnya transit. Gua transit di stasiun manggarai untuk berganti kereta jurusan Bogordan turun di stasiun Tanjung Barat. Lama waktu perjalanan cuma satu jam kurang. Arus kepadatan penumpang commuter line kalo pagi hari paling padat di arah yang menuju pusat kota kayak sudirman, karet, cikini, juanda dll. Itu merupakan tujuan bagi pekerja-pekerja dari pinggir kota seperti bekasi, depok tangerang dll. Sedangkan arah pasar senen meskipun menuju ke tengah kota, penumpangnya relatif tidak terlalu ramai. Untuk mengantisipasi hal tersebut gua selalu berangkat sebelum jam 6 biar ga terlalu umpel-umpelan di kereta. Pernah suatu saat keretanya terlambat, alhasil gua yang udah siap di stasiun dari jam 6 kurang harus umpel-umpelan naik kereta karena penumpang udah numpuk di stasiun, bahkan 2-3 kedatangan kereta berikutnya baru bisa naik. Gile. Untuk tujuan Bogor di pagi hari relatif sepi karena melawan arus ke pinggir kota berlawanan dengan arah arus pekerja tadi, jadi ga pernah umpel-umpelan malah sering dapet tempat duduk. Arus penumpang commuter line pada sore hari berkebalikan dengan sebelumnya, yang ramai yang kearah pinggir kota. Tapi sempet juga beberapa kali pas pulang kereta tujuan bekasi udah stand by di manggarai dan penumpangnya ga terlalu ramai. 
Kereta Commuter Line



Suasana transit di Stasiun Manggarai

          Selama menggunakan kereta sampai stasiun Tanjung Barat, dalam rangka ngirit ongkos, gua milih jalan kaki sampai kantor yang jaraknya sekitar 1 kilo. Berhubung 3 hari terakhir PKPA bertepatan dengam masuknya bulan Ramadhan 1438 H, agak melelahkan kalo pagi-pagi harus jalan sejauh itu. Akhirnya gua putuskan buat berangkat naik busway (Trans Jakarta). Berbeda dengan kereta, sistem pembayaran busway dikenakan tarif flat dimana jam 5-7 pagi sebesar 2 ribu, antara jam 7 pagi – 12 malam sebesar 3500. Busway juga ada layanan malam hari jam 12 malam sampai 5 pagi tarifnya juga sebesar 3500 ribu rupiah, tapi ga semua koridor ada layanan tengah malam itu.  Ada juga bis feeder (pengumpan) Trans Jakarta yang ukurannya lebih kecil. Biasanya melalui jalan-jalan yang lebih kecil dan tidak dilalui oleh Busway. Untuk feeder ini tarifnya sama seperti busway dan selama kita tidak keluar koridor antara busway dan feeder, maka tidak dikenakan tarif lagi saat berpindah dari busway ke feeder maupun feeder ke busway. Sementara kita naik busway harus menggunakan kartu pembayaran non tunai, untuk feder masih bisa menggunakan pembayaran secara cash saat penumpang sudah naik ke dalam feeder dari halte umum, petugas akan menarik tarif. Namun dikarenakan Electronic Data Capture (EDC) hanya untuk kartu Flazz, maka pemunpang yang tidak memiliki kartu tersebut diperbolehkan bayar pake uang langsung.
Selain bisa naik dari halte bis umum, bisa juga naik feeder busway dari tempat yang bertanda seperti ini

Feeder Busway, sejenis bis kecil yang di desain seperti Busway

Di dalam feeder busway jurusan Stasiun Tebet - Karet

          Pertama kali naik Busway setelah sekian lama ga naik (terakhir naik pas SMA) jam setengah 6 pagi, awalnya dari halte perumnas Klender naik busway arah Kampung Melayu dan turun di halte fly over Jatinegara buat transit tapi ternyata Busway jurusan Kampung Rambutan datangnya tiap 1 jam sekali, mungkin karena ga banyak yang menuju kesana. Sekarang di setiap halte busway dipasang monitor yang berisi informasi waktu kedatangan bus beserta tujuannya. Akhirnya gua balik lagi untuk transit di Kampung Melayu untuk menuju ke Kampung Rambutan.
Busway jurusan Kampung Melayu - Kampung Rambutan

          Busway jurusan Kampung Melayu ke Kampung Rambutan PP punya 2 jalur, satu via tol HEK satu lagi lewat jalan biasa. Pernah sekali gua dapet yang via tol HEK. Lumayan nyingkat waktu banget. Sampai di Kampung Rambutan gua transit naik feeder busway tujuan Lebak Bulus dan turun persis di depan kantor. Jadi ga perlu cape-cape jalan 1 kilo lagi kayak dari stasiun, haus lagi puasa haha. Lama waktu perjalanan sekitar 1 jam kurang kalo dapet Busway yang lewat jalan tol tapi kalo lewat jalan biasa sekitar 1,5 jam.
 
Sekarang hampir di setiap halte busway ada layar berisi informasi jadwal kedatangan bis
          Itulah pengalaman gua naik transportasi umum di Jakarta setelah sekian lama ga di Jakarta. Menurut gua moda transportasi umum di Jakarta sekarang lebih baik dibanding 5 tahun lalu waktu gua masih SMA. Commuter line pake sistem transit, pedagang asongan dilarang masuk kereta bahkan stasiun, stasiun hanya diperuntukan untuk orang-orang yang mau naik kereta, semua kereta dalam kota  pakai AC, dan tarifnya pun murah, jadi sangat menambah kenyamanan penumpang. Sedangkan busway juga sekarang koridornya jauh lebih banyak bahkan ditambah Trans Jabodetabek sampai ke daerah-daerah penyangga seperti bekasi, tangerang dan depok, kemudian ada juga jalur-jalur yang dilalui feeder busway.

Macet parah disalah satu ruas jalan ibu kota. Foto oleh: Wisnu Satrio Pambudi

          Suka tidak suka, mau tidak mau Jakarta memang harus membangun moda Transportasi umumnya yang saling terintegrasi satu sama lain untuk mengatasi masalah kemacetan yang semakin parah karena banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadinya. Beberapa tahun ke depan Jakarta bakal punya Sky Train (kereta Bandara), Kereta Light Rapid Transit (LRT) dan kereta Mass Rapid Transit (MRT). Gua salah satu orang yang optimis kalo kemacetan Jakarta bisa di atasi, asal transportasi umum tersebut dibangun dan dikelola secara baik dan professional. Dan kita sebagai warga maupun orang yang bekerja di Jakarta mari kita bantu dan sukseskan pemprov DKI khususnya dalam mengatasi masalah kemacetan dengan cara menggunakan transportasi dalam keseharian kita. Serius deh asal transportasinya nyaman, tarifnya terjangkau dan yang pasti aman, naik kendaraan umum jauh lebih cepat dan ga cape daripada harus bawa motor atau mobil sendiri dan harus macet-macetan berjam-jam.